Oleh: Ave Ivone, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Di era digital saat ini, tantangan dalam dunia pendidikan semakin banyak dan beragam. Salah satu isu yang terdapat di sekolah SMK Negeri 4 Yogyakarta kelas XII adalah rendahnya minat baca siswa-siswi. Hal tersebut terlihat pada saat saya melaksanakan program Pengenalan Lapangan Persekolahan - Pengelolaan Pembelajaran (PLP -- PP) di sekolah SMK Negeri 4 Yogyakarta.
Rendahnya minat baca siswa-siswi menjadi salah satu tantangan besar yang dihadapi sekolah. Fenomena tersebut menurut saya tidak terlepas dari perkembangan zaman. Era digital yang ditandai dengan pesatnya penggunaan teknologi telah mempengaruhi pola kehidupan siswa-siswi juga. Penggunaan gawai/hp dengan akses yang lebih mudah ke internet atau media sosial menjadikan siswa-siswi menjadi lebih tertarik untuk menghabiskan waktunya dengan gawainya dengan bermain media sosial, bermain game, menonton video, dan lain-lainnya dibandingkan memanfaatkan waktu untuk membaca buku. Kemudahan akses internet di era digital tersebut membuat siswa lebih cenderung untuk mencari hiburan instan, sehingga aktivitas membaca menjadi tersingkirkan dan pada saat membaca siswa-siswi harus membutuhkan konsentrasi dan waktu yang panjang.
Mata pelajaran Bahasa Indonesia memang tidak semenyengkan pembelajaran lainnya, dikarenakan mata pelajaran bahasa indonesia memang lebih banyak membaca. Tetapi, permasalahan tersebut dapat diatasi dengan menggunakan berbagai media sebagai pendukung pembelajaran sehingga pembelajarannya di dalam kelas menjadi tidak membosankan.
Kondisi ini memang tidak semua siswa-siswi terperangkap dalamnya, namun sebagian besar terlihat dengan jelas dan bahkan mereka secara terang-terangan mengatakan bahwa membaca itu membosankan dan membuat mereka merasa ngantuk. Padahal bahan bacaan yang diberikan di dalam kelas sangat tidak banyak, hanya satu sampai tiga halaman saja dengan waktu yang telah ditentukan.
Kondisi tersebut memang berdampak besar pada kualitas belajar siswa-siswi. Karena dengan kurangnya membaca, mereka menjadi kurang mampu menganalisis informasi secara kritis, sulit memahami materi pelajaran, dan berdampak pada kurangnya pengetahuan yang luas. Hal ini juga mungkin bisa menghambat pengembangan soft skill seperti kemampuan berpikir kritis dan kreativitas yang sangat dibutuhkan dalam dunia kerja nantinya.
Faktor penyebab rendahnya minat baca siswa-siswi kelas XII di SMK Negeri 4 Yogyakarta ini yang terlihat secara langsung yaitu disebabkan oleh perkembangan teknologi, karena teknologi yang berkembang pesat, media sosial telah menghadiri alternatif hiburan yang lebih menarik bagi mereka dibandingkan dengan membaca buku. Namun, hal demikian bukanlah masalah yang tidak dapat diatasi. Dengan kerja sama yang baik antara pihak sekolah, guru, siswa-siswi, dan orang tua, budaya literasi dapat ditanamkan dan dikembangkan. Jadi, literasi bukan hanya sekedar kemampuan membaca yang dimiliki oleh siswa-siswi, tetapi juga sebagai kunci untuk membuka dan memperluas pengetahuan bagi generasi muda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H