Pada tahun 2007-2008 Amerika Serikat terhempas salah satu krisis finansial terbesar didalam sejarah negara mereka yang memaksa berbagai bank finansial seperti Bear Stearns untuk tutup dan pemerintahannya pada akhirnya memutuskan untuk menyelamatkan bank-bank besar lainnya melalui triliunan uang bail out. Sayangnya memang upaya pemerintah tidak cukup untuk membantu rakyat yang kehilangan rumah mereka atau melihat tabungan pensiunan mereka hangus dan dampaknya sangat terasa sampai sekarang.Â
Sebagai orang awam saya tidak terlalu begitu mengerti masalah finansial ataupun mendalami cara kerja bursa saham di Indonesia maupun di dunia, dan ketidak mengertian ini juga dirasakan oleh sebagian besar masyarakat yang pada akhirnya jatuh menjadi korban dari krisis tanpa tahu apa-apa. Pada masa krisis moneter yang dialami Indonesia juga demikian, masyarakat banyak merasa syok, namun dibenak mereka mungkin tidak banyak yang memahami apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa krisis ini terjadi, tahu-tahu nilai uang di tabungan mereka anjlok dan semua harga barang naik drastis. Untuk itu saya sangat berterimakasih terhadap komikus seperti Benny and Mice yang menceritakan keadaan krisis moneter secara menghibur dan seadanya dan sutradara seperti Adam McKay yang membuat film The Big Short yang menceritakan tentang terjadinya krisis finansial  Amerika Serikat pada tahun 2007-2008 yang disebabkan oleh kredit kepemilikan  rumah (mortgage).Â
Dalam tulisan ini saya akan memberi argumen bagaimana kebijakan kredit kepemilikan rumah yang gegabah ini hampir satu jiwa dengan janji-janji pak Anies mengenai DP rumah 0%, jika masyarakat tidak bisa lebih kritis dan mempelajari contoh-contoh kegagalan diluar, kita kemungkinan akan jatuh di lubang yang lebih dalam.Â
Masyarakat perlu menyadari bahwa memiliki rumah itu adalah langkah besar, terutama dalam lingkungan perkotaan seperti DKI yang ruangnya semakin menyempit, variable-variable untuk medapatkan rumah yang layak, ergonomis, dengan lokasi yang pas, dengan harga yang terjangkau semakin sulit. Banyak perkotaan di seluruh dunia sudah mendorong masyarakat agar tinggal di apartemen, condo atau rumah susun, namun memang di Indonesia mayarakat kita masih memilih rumah. Sehingga ketika ada jargon-jargon DP 0% siapa yang tidak terpincut? Jargon ini paling mengena bagi masyarakat dari kalangan menengah kebawah yang banyak menghuni perkampungan di Jakarta. Akan Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H