Begitu juga dengan isu SARA dan rasisme yang dikoarkan oleh pendukung Trump yang mengalahkan progress ekonomi yang sudah dibangun oleh Presiden Obama dan Partai Democrat. Masyarakat seakan lupa oleh surplus ekonomi yang banyak dihasilkan oleh administrasi dari Partai Democrat seperti Presiden Bill Clinton yang merupakan suami dari Hillary Clinton, lawan presiden Trump karena kelompok konservatif ini lebih membludakkan skandal-skandal sepele seperti skandal seks yang dimana Trump juga bersalah. Masyarakat Amerika juga tidak menyadari bahwa dibawah Trump, semua progress dan kebaikan ekonomi yang dilakukan oleh Obama yang tidak henti-hentinya berjuang setelah kehancuran masa Presiden Bush. Obama telah meningkatkan ekonomi secara pelan tapi pasti dan juga terciptanya 11 juta pekerjaan baru. Namun yang lebih banyak terpancar dari medua konservatif mengenai Obama adalah elemen SARA seperti bagaimana Obama selalu dikaitkan dengan ekstrimis Islam karena membela umat Islam dan mendorong masuknya pengungsi Timur Tengah yang dilanda perang. Obama juga sering diserang karena berkulit hitam dan memiliki pandangan liberal yang mengusung toleransi terhadap perbedaan, sehingga ini membuatnya semakin tidak diterima oleh kelompok konservatif. Apapun yang Obama, bahkan kebijakan yang bisa disetujui bersama, selalu dideskripsikan sebagai hal buruk oleh kelompok konservatif. Media seperti Fox News misalnya paling terkenal dalam mem-bully Obama secara konsisten.
Sumber:
http://money.cnn.com/2017/01/06/news/economy/obama-over-11-million-jobs/
http://www.cnbc.com/2016/11/30/obamas-biggest-parting-gift-to-trump-may-be-the-economy.html
https://www.bloomberg.com/view/articles/2017-01-19/ranking-the-obama-economy
Tribalitas dari kedua kelompok konservatif ini hubungannya tidak jauh dari pendidikan. Pada dasarnya sifat tribalitas kita merupakan salah satu sifat manusia yang paling primitif dan impulsif. Sifat ini merupakan salah satu sifat awal yang membantu manusia untuk mengorganisir dirinya agar bisa bertahan hidup dari ancaman luar. Tidak mengherankan jika banyak sekali terjadi kerusuhan pada masa pemilu Amerika Serikat yang terbilang cukup maju hingga sekarang, terutama yang melibatkan pendukung Donald Trump, ataupun kerusuhan yang terjadi ketika masa Bela Islam berdemo memprotes Ahok. Sifat impulsif dan primitif dari tribalitas ini lebih berkuasa ketika pendidikan dari masyarakat kurang ataupun didistorsi seperti taktik pencucian otak para pimpinan Nazi di Jerman ataupun propaganda yang disebarkan oleh Korea Utara. Ada rasa common enemy, me against them atau kita melawan mereka yang ditanam untuk menyetir masa sesuai dengan kepentingan agenda politik tertentu. Dan ini mungkin sama dalam Al Maidah sendiri, karena prinsip-prinsip ini dibentuk ketika masa perang dimana manusia harus mengeluarkan aspek paling primitif kita untuk bertahan hidup. Namun di jaman modern ini seharusnya tidak demikian, karena kita terutama di Indonesia tidak sedang berperang dan akses pendidikan serta informasi semakin luas untuk kita lari ke belakang seperti orang bar-bar.
Sumber:
https://www.youtube.com/watch?v=qofqmWXNkYA
Agar pemerintahan demokrasi berjalan dengan baik, kita membutuhkan masyarakat yang bisa berpikir secara rasional, tahu perbedaan antara fakta dan opini serta menghasilkan kepemimpinan berdasarkan meritokrasi dan bukan tribalitas. Kedua pasangan Trump dan Baswedan, tergolong dalam kandidat yang tidak punya prinsip dan ideology yang jelas. Saya sudah menjelaskan dalam tulisan saya sebelumnya mengenai pak Anies yang berjudul “Jangan Termakan Omongan Manis Anies Baswedan : Antara Sosok, Kemampuan dan Ambisi”.Dari sana saya menjelaskan bagaimana pak Anies berpindah-pindah partai dari Demokrat lalu mendukung Jokowi lalu berpindah lagi ke PKS yang ideologinya jauh berbeda karena sama sekali tidak Nasionalis, begiitu juga dengan Trump yang awalnya sudah lama mengabdi dalam Partai Democrat, lalu hanya baru-baru ini saja pindah ke partai oposisinya yakni Partai Republik. Trump dan pak Anies sendiri selalu dalam posisi isunya selalu ambigu/tidak jelas karena mereka tidak pernah spesifik dan tegas serta suka berputar-putar pada omongan kosong. Selain itu mereka juga dikenal dengan kinerjanya yang tidak terlalu menonjol (tidak bisa bekerja) karena pak Anies sesuai dengan tulisan saya sebelumnya belum memiliki catatan kinerja yang memuaskan baik dalam posisinya sebagai menteri maupun ketika mengabdi didalam partai, begitu juga dengan Trump yang lebih sibuk bermain golf dibandingkan memimpin.
Sumber :