Mohon tunggu...
Plum
Plum Mohon Tunggu... -

Politics, Pop Culture and Trending Analysis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Persamaan Pendukung Bela Islam dengan Pendukung Trump

3 Maret 2017   21:16 Diperbarui: 6 Maret 2017   06:00 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sang provokator akan sangat lihai untuk menipu masyarakat dalam menjalankan agendanya, mereka gampang sekali mencari kambing hitam agar mereka sendiri tidak disalahkan ataupun mengkabinghitamkan lawan mereka. Taktik dan propaganda mereka seringkali melahirkan rasa ketakutan dan kebencian yang sangat irasional serta tidak menggravitasi pada isu atau permasalahan yang benar-benar terjadi.  Hal ini yang memicu banyaknya perseteruan dan kebencian ketika Obama menjadi presiden kulit hitam pertama di Amerika ataupun Ahok dalam menjadi calon gubernur keturunan Tionghoa di Jakarta. 

Pendukung Trump sampe sekarang banyak tidak suka Obama HANYA karena beliau campuran kulit hitam dan memiliki nama Muslim yakni Hussein. Pendukung Bela Islam juga banyak memiliki ketakutan dan kebencian yang sama  terhadap Ahok HANYA karena beliau adalah keturunan Tionghoa dan beragama Nasrani.

Kedua kelompok tersebut tidak mau melihat kemampuan mereka/meritokrasi, sejarah atau track record mereka maupun idealisme yang mereka pegang. Mereka lebih memilih orang seperti Trump yang sampai saat ini sering sekali ketahuan berbohong, tidak memiliki kemampuan maupun etika kerja yang baik dan terancam diturunkan karena banyak sekali skandal yang menerpanya, HANYA karena Trump merupakan figur yang menyerupai masyarakat pribumi kulit disana dan terlihat kuat serta dapat dipercaya. Pasukan bela Islam juga demikian, mereka lebih memilih tersayup pada pemimpin yang inkompeten, dikeluarkan dari kementrian pendidikan, tidak memiliki afiliasi, prinsip serta idealisme yang jelas, HANYA karena figur tersebut memiliki identitas yang menyerupai dirinya.

Masyarakat Amerika sekarang telah mulai membayar konsekuensi dalam memilih Trump. Perlukah Jakarta dan Indonesia melakukan hal yang sama?  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun