Besok
 Cerpen oleh Avarina Sisy
***Â
"Rin, kamu apa kabar?" tanya Bapak dari seberang telepon sana.
"Rin baik, Pak. Bapak gimana di sana, apa listrik masih mati?" jawabku, walau sebenarnya aku ragu apa aku baik-baik saja di sini.
"Iya, listrik di sini masih mati. ponsel Bapak sudah sekarat baterainya, kamu masih makan dengan baik kan, Rin?" tanya Bapak lagi.
"Masih, Pak, dua kali sehari."
"Syukurlah, kalo kondisi sudah memungkinkan kamu pulang ke sini, ya?" ujar Bapak.
"Iya Pak, Bapak jaga kesehatan, ya,"
"Kamu juga jaga kesehatan ya, Rin. Bapak akan usahakan agar bisa kirim uang untuk kamu. Sekarang Bapak tutup teleponnya, ya," ujar Bapak, belum sempat aku mengucapkan sepatah kata lagi telepon telah terputus.
Sebenarnya, aku bohong pada Bapak. Setelah listrik mulai dibatasi seminggu yang lalu, dan hanya dinyalakan satu jam setiap harinya untuk mengisi daya ponsel. Aku tidak lagi menerima kiriman uang dari Bapak, aku hanya makan mie instan satu kali sehari dan sisanya aku hanya bisa meminum air keran agar tak dehidrasi.