Hari ini anak perempuanku satu satunya minta maaf. Dia bilang semua yang dia kerjakan tidak beres dan tidak sesuai harapan karena aku marah padanya. Hihihi.. padahal mana ada ibu yang bisa marah dengan anaknya lebih dari lima menit. Tapi begitulah anak yang memahami kedudukan orang tua, merasa resah ketika orang tua tidak memberikan restu, tidak ridho kepada dirinya.
Alhamdulillah, ya Allah, aku berhasil atas bantuanmu menanamkan rasa takut kepadaMu sekaligus harapan hanya kepadaMu.
Beda lagi dengan adiknya yang semua disampaikan padaku. Dia menyadari tanggung jawabnya padaku. Ketika kami mendaki, dia memastikan aku tidak membawa beban lebih dan aku baik-baik saja. Dia tidak canggung menceritakan isi hatinya padaku termasuk masalah gadis pujaan hatinya. Hihihi...
Lain si sulung dan si tengah, lain pula dengan si bungsu yang perlahan melepas ikatan denganku. Dia mulai belajar memutuskan dan menjauh dariku, meski masih suka iseng memukuliku alih alih memeluk karena malu. Hihihi.. ada ada saja kau ni. Padahal aku suka kali la kau peluk peluk tu.
Apa yang kurang kalau sudah begini? Tapi manusia adalah manusia dengan semua sifat ketidakpuasan dan rasa kurang. Karena itulah bersyukur menjadi satu hal yang paling disukai Allah. Merasa cukup menjadi satu hal yang dipuji Allah.
Ada banyak hal yang harus dijaga sekaligus ada banyak hal yang harus dikejar. Dan tidak semua mampu untuk mensyukuri apa yang didapat, dicapai, dipunyai dalam hidup, termasuk aku. Fabi ayyi alaa irrobbikuma tukadziban. Maka nikmat Tuhanmu yang mana yang kau dustakan? Sangat tepat. Lha gimana gak tepat yang berfirman adalah pabriknya manusia tentu paham pol setelan ciptaanNya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H