Mohon tunggu...
Avanti DM
Avanti DM Mohon Tunggu... Guru - bukan siapa tak punya apa

tak ada yang lebih menakutkan dari mempertahankan hidup

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ghibbah di Tengah Gelap

27 Agustus 2019   11:47 Diperbarui: 27 Agustus 2019   14:51 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sayur Buuu...!" Teriakan khas tukang sayur, bak alarm otomatis,  keluarlah dari pintu -pintu rumah, para ibu dengan busana kebesaran masing-masing.

Jaman 90 an, emak-emak belum banyak yang berkarier di luar rumah. Profesi utama adalah istri dan ibu rumah tangga. Saat anak dan suami sudah berangkat, bersih rumah sudah beres. Acara selanjutnya konferensi pertukaran informasi dengan akurasi yang cukup tinggi.  

Disela memilih sayuran, bumbu dapur, aneka sumber protein diiringi bargaining hingga rupiah terendah, barter data pun berlangsung. 

Hampir semua aspek dalam lingkungan dari internal dasa wisma hingga regional RT sampai bilateral desa, tak ada yang luput dibahas. 

Ketika keranjang penuh terisi belanjaan, tanda pertemuan harus diakhiri. Diiringi cipika cipiki para macan (mama cantik), mahmud (mamah muda), dan setu legi (setengah tua lemu ginuk ginuk), saling menjanjikan informasi up to date, faktual dan terpercaya untuk bahan konferensi esok pagi. Mamang/Mpok Sayur melanjutkan perjalanan membawa sejumlah data untuk dibagikan ke area berikutnya.

Jaman now, pemandangan demikian mulai langka dijumpai. Kesibukan bekerja memenuhi kebutuhan hidup memaksa suami istri bekerja dari matahari belum terbit hingga matahari terbenam. 

Jangankan komunikasi dengan tetangga, guru sekolah, dengan anggota keluarga di rumah pun melalui grup sosmed. Orangnya sih, entah ada di mana. Kadangan ndekem di kamar masing-masing rumah senyap, tapi grup keluarga rame. Aneh. Emang. Pancen. Nyata. Ada. Fakta.

Padamnya listrik hampir 10 jam, bisa jadi sebuah wahana baru untuk saling sapa antar tetangga. Pengap udara dalam rumah, membawa penghuninya duduk di teras, dan interaksi pun tak bisa dihindarkan. Bentuk komunikasi yang nyaris hilang di telan riuhnya digitalisasi di semua aspek kehidupan. 

Perubahan dengan durasi detik. Tak ada yang salah dengan digitalisasi, namun, kecepatan respon jempol terkadang tak seimbang dengan telaah analisis masalah. Bahkan mereka yang menyandang gelar akademisi sekalipun, bisa hanyut dalam emosional gempita sosial media.

Terputusnya sumber daya utama hardware smartphone, membawa sang brainware kembali pada eksistensi sosial gaya lama. Berbicara. 

Di ruang tamu kakak dan adik berbagi cerita kegiatan hari ini, ibu dan ayah di teras sambil ngeteh berbicara tentang masalah kekinian sesekali menyapa tetangga depan rumah mengajak mampir. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun