Mohon tunggu...
Aaron Lee
Aaron Lee Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Karena yang kita perlukan hanyalah kaki yang akan melangkah lebih jauh, tangan yang akan berbuat lebih banyak, mata yang akan melihat lebih lama, leher yang akan lebih sering mendongak, tekad yang setebal baja dan hati yang akan bekerja lebih keras serta mulut yang selalu berdoa.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pemanfaatan Kembali Sampah Organik, Omong Kosong atau Kenyataan?

21 September 2020   10:00 Diperbarui: 21 September 2020   10:01 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita sering mendengar kata-kata "pemanfaatan limbah sebagai produk a, b, c, dan lainnya" dalam portal berita, penelitian, skripsi mahasiswa, dan media lainnya. Akan tetapi, apakah benar limbah dapat disulap menjadi benda yang hebat di kehidupan kita ? Ataukah hanya mimpi yang tidak terwujudkan sampai sekian lamanya? Berikut penjelasannya.

Limbah adalah kunci utama dalam ekonomi sirkular. Bila pada ekonomi liner rantainya berakhir di limbah, pada ekonomi sirkuler rantainya dari limbah berlanjut kembali menjadi bahan baku. 

Oleh karena itu, pemanfaatan kembali sampah menjadi hal yang penting. Tentu sampah ada banyak macamnya. Yang akan dikritisi di sini adalah limbah seperti air limbah, sampah organik, sampah sisa hasil pertanian, bahkan gas pembuangan seperti methana dan karbon dioksida. 

Dalam bayangan kita, zat-zat itu sangat sulit untuk didesain kembali menjadi bahan baku. Akan tetapi, pada kenyataannya sudah banyak inovasi-inovasi di seluruh dunia yang secara komprehensif diaplikasikan di lab, industri, bahkan beberapa teknologi sudah mencapai masyarakat. Pada hakikatnya, limbah-limbah organik kaya akan unsur karbon. Karbon ini akan dapat disusun dan dikombinasikan dengan unsur lain agar dapat menciptakan suatu zat kimia yang keren, memiliki nilai guna, dan inovatif. 

Bio-reaktor berbasis open culture process dengan supply listrik untuk bakteri di Wageningen University (Sumber: edx.org)
Bio-reaktor berbasis open culture process dengan supply listrik untuk bakteri di Wageningen University (Sumber: edx.org)

Tidak heran jika akhir-akhir ini waste biorefinery menjadi topik penelitian yang trending di seluruh dunia. Dari yang sukses menjadi produk komersial, contohnya adalah perusahaan Mango Materials yang memproduksi bioplastik berbasis PHA (Polyhydroxylalkanoates). Tentu saja mereka menggunakan limbah-limbah sisa sebagai bahan bakunya. 

Di sisi lain, di skala laboratorium, contohnya, di Wageningen University, Belanda, mereka mengembangkan open culture processes untuk menghasilkan suatu caproic acid, bahan utama bioenergi, yang berasal dari proses fermentasi bakteri-bakteri liar, bukan dari bakteri hasil kultur atau bakteri GMO. 

Hal ini punya kelebihan di sisi  efektivitasnya karena limbah organik sangat kompleks kandungannya. Kandungan limbah yang kompleks membuat sulit bagi bakteri spesifik untuk memferentasikannya. 

Di lab ini, campuran bakteri diuji untuk mengubah limbah menjadi zat kimia yang diinginkan. Tentu ada tekniknya dalam penelitian ini. Mereka menggunakan tenaga listrik untuk menyuplai energi bagi bakteri agar bakteri-bakteri dapat dikendalikan untuk menjalankan proses yang tepat. 

Dengan menyiasati teknik ini, mereka berhasil mengubah karbon dioksida menjadi asam lemak rantai sedang (MCFAs) bernama caproic acid. Caproic acid salah satu fungsinya bisa diubah menjadi biodiesel yang tersebar luas secara komersial. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun