Saat ini aku sedang memakai Sepatu dengan perasaan riang. Kenapa tidak. Karena aku akan pergi ke pasar malam bersama keluarga dan teman-temanku. Walau hanya pasar malam yang kebanyakan orang bilang kotor dan keamanan untuk permainannya sangat kecil, aku tetap suka sekali dengan suasananya. Bagaimana teriakan para pedagang untuk menarik perhatian para pembeli, para penjual tiket wahana menarik mata pengunjung, dan bagaImana suara para pengunjung yang sedang menikmati seru dan tegangnya permainan. Aku selalu suka itu. Aku merasa seperti tidak kesepian di dunia ini.
                                      Â
"Tiana, ayo segera masuk ke mobil." Aku pun mulai melangkahkan kakiku ke arah mobil dan mengambil posisi yang sangat aku sukai. Kursi depan. Lantas Ayah masuk ke dalam mobil menyapaku dan mulai menyalakan mobil. Terlihat pohon-pohon mulai meninggalkan bayangannya dari mataku dan lampu sorot dari pasar malam mulai menarik perhatianku. Ayah mulai menekan tombol dan karcis parkir perlahan muncul. Malam ini ramai sekali. Ayah sudah berputar sebanyak tiga kali untuk mencari parkiran yang masih kosong. Hingga akhirnya menemukan di posisi paling ujung.
Ayah membeli tiket terusan dan pegawai mengucap permisi untuk memakaikannya di tanganku. Aku berlari kecil dan menunjuk salah satu wahana paling ekstrim di pasar malam itu. Ayah tertawa dan mengabulkan permintaanku. Aku dan Ayah mulai menaiki wahana tersebut dan menunggu untuk dimulai. "baik, dalam hitungan satu... dua.. tiga..." tepat dengan ucapan ketiga, wahana itu mulai menaikkan tubuhku dan ayah, lantas memutar 180 derajat. Tak berhenti disitu, mereka menambah derajat hingga 360 derajat. Lantas dijatuhkan dan diputar kembali.
Aku berteriak sekuat tenaga dan ayah hanya tertawa. Aku sempat menutup mata dan mulai berangan jika akan jatuh setelah diputar 360 derajat. Ayah yang menoleh hanya berkata, "Tiana aman? Jangan pingsan!" aku yang mendengar hal tersebut lantas tertawa dan kembali membuka mata. Melanjutkan sensasi diputar dan dijatuhkan hingga lima menit berlalu. Wahana kembali menurunkan kami dan kami mulai turun dari wahana tersebut. Aku terdiam sejenak untuk mengoptimalkan badanku dan mulai memakai Sepatu yang sempat aku lepas sebelum menaiki wahana. Ayah yang melihatku hanya tertawa dan mengajakku untuk menemui Mama.
Mama tersenyum melihatku dan Ayah lalu menawari kembang gula yang telah dibelinya. Aku mulai memakannya dan melihat lampu sorot yang sedari tadi menarik mataku. Malam ini, terasa Panjang sekali. Aku menaiki semua wahana dan mendapatkan beberapa hadiah karena memenangkan beberapa games kecil. Suasana yang aku ceritakan di awal, aku rasakan hingga saat ini. Saat aku sudah berbaring di Kasur kamarku. Semoga saja aku bisa menikmati suasana Pasar Malam kembali mungkin dengan Mama, Ayah, dan mungkin dia?
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H