Aku paham. Alea mencoba menyemangatiku dengan caranya. Dengan kalimat penenangnya yang ampuh jika diberi padaku. Ia meminta untuk menguatkan hati dan pikiranku agar aku tidak tumbang. Menguatkan hati bahwa aku masih bisa bermain bola walau cidera dan jangan memikirkan perkataan orang lain yang membuatku tertekan. "Aku percaya kamu Kale. Aku percaya banget besok kamu bisa kasih poin terus masuk final. Semangat Kale. Aku akan jadi penggemar nomer satumu dalam semua situasi." Ucapnya seraya mengepalkan tangan. Aku menyunggingkan senyum dan mengucapkan terima kasih kepadanya. Banyak sekali.
***
Hari ini pun tiba. Sejujurnya kakiku belum sempurna dari kata sembuh. Tetapi semua orang menaruh harapan padaku. Dan aku akan membuktikan bahwa aku bisa mewujudkan harapan itu. Saat ini aku duduk di bangku pemain cadangan. Rasanya aneh sekali. Karena biasanya aku sudah menggiring bola dan mengatur timku. Akhirnya peluit itu dibunyikan. Peluit pergantian pemain dan aku masuk.Â
Aku bisa melihat Alea dengan senyumnya di pinggir lapangan. Ia terlihat begitu manis dengan kaus biru tuanya itu. Aku mulai menggiring bola, mengumpan kepada temanku, berlari mendekati gawang lawan, dan menembakkannya. 'Bum.' Bola itu menembus pertahanan penjaga gawang dan aku berhasil mencetak poin. Semua orang di pinggir lapangan menyorakiku. Tetapi saat ini, menyoraki dengan perasaan bahagia. Aku mulai semangat dan mencoba merebut bola kembali. Menjaga perlawanan dari tim lawan dan berkoordinasi dengan timku. Walau kali ini bukan aku yang memimpin, tetapi aku bangga bisa melawan pikiranku sendiri dan bisa bermain dengan kondisi prima saat ini.Â
Hingga poin poin berikutnya dicetak dengan teman temanku. Tidak memberi celah sedikit pun kepada musuh untuk membalasnya. Peluit panjang dibunyikan dan berakhir dengan poin 4-0 untuk keunggulan timku. Semua bersorak. Mengucap salam kepada babak final. Menaruh harapan kembali untuk permainan di babak final nanti. Selangkah lagi untuk juara satu. Posisi yang selalu aku nantikan dan kini tersisa selangkah.Â
Saat semua memberi ucapan kepadaku, aku juga melihat Alea yang juga bertepuk tangan dan mulai mendekat kepadaku. Ia juga memberiku ucapan selamat. Tetapi menurutku, ini adalah ucapan selamat yang berbeda. "Proud of you Kale. Sekarang, kamu bisa jadi pohon yang lebih besaaaaarrr lagi dan bisa melawan semua angin yang ingin menerjangmu. Jangan mencarinya lagi. Karena dia selalu ada disini. Di hati dan pikiranmu." Diakhiri dengan senyumannya dan pemandangan matahari terbenam di tengah lapangan. Dua pemandangan indah dalam satu waktu. Terima kasih, Alea. Aku berjanji aku tak akan mencarinya lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H