Mohon tunggu...
Auxilla Nanda
Auxilla Nanda Mohon Tunggu... Lainnya - pelajar

@auxillananda

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tiga Masa

31 Desember 2023   00:13 Diperbarui: 31 Desember 2023   00:16 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Deru motor  menerobos jalanan yang tengah padat dengan kendaraan bermotor lainnya. Menyelinap dari kanan ke kiri dengan harap cepat sampai tujuan. Terlihat di atas sana mentari telah menampakkan dirinya yang ditemani dengan gumpalan awan putih bak permen kapas di pasar malam. Sinarnya menyapa kasar kulitku yang mulai terbakar. Tapi itu dapat digantikan dengan deru angin yang menyapa halus kulitku. Aku duduk di bangku belakang dan mulai memeluknya yang sedang mengendarai motor. Lantas ia berkata bahwa tujuannya adalah pantai. Sontak aku menyetujuinya dan ia mulai menambah kecepatan untuk tiba kesana. Jalanan mulai berkelok dengan di kanan dan kiri terdapat tambak garam yang baunya menyengat. Terlihat satu dua kincir angin untuk membantu arah angin agar dapat membantu penguapan air tambak. 

Tak lama kemudian ia mulai memakirkan sepeda motornya dan mulai menggandengku untuk menuju bibir pantai. Saat ini masih jam delapan. Pada saat musim hujan matahari masih belum menyengat, tetapi saat ini adalah musim kemarau maka ia seperti berada di dekatku. Aku mulai melepas sandal yang kupakai dan aku mulai berjalan di hamparan pasir pantai. Desiran ombak bak nada lagu yang sopan mulai masuk ke dalam telingaku. Melihatnya tertawa dan mulai berlari. Aku mengejarnya hingga hampir terjatuh. Lantas ia berhenti di tempat Burung Pelikan sedang bersiap untuk memangsa ikan-ikan kecil. Ia mengulurkan tanganku dan mulai mengambil gambar. Ia berkata, "Semua orang pasti punya masa. Masa saat ia datang, masa saat bersama, dan masa saat ia pergi. Jika kita berada di masa terakhir, bagaimana menurutmu?" Ah di dalam situasi indah seperti mengapa ia harus bertanya seperti ini? Aku terdiam mencerna pertanyaannya dengan baik. "Jika masa itu datang, aku akan terima. Aku akan tetap menyimpanmu. Aku senang bisa melewati tiga masa itu bersamamu. Masa dimana bisa saling peduli satu sama lain. Tapi jika masa itu habis, kita tidak bisa melakukan apa-apa. Aku senang bisa melewati masa itu dan itu bersamamu." Melihat matanya yang teduh, lalu tersenyum. Ia hanya menyunggingkan senyum tipisnya dan mulai memelukku. Burung Pelikan terbang kembali setelah menandaskan perutnya yang kosong. Tuhan, terima kasih telah memberi masa ini. Masa yang paling aku sukai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun