Mohon tunggu...
Auxilla Nanda
Auxilla Nanda Mohon Tunggu... Lainnya - pelajar

@auxillananda

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Hujan di Malang (3)

5 November 2023   08:36 Diperbarui: 5 November 2023   08:37 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Malang, 11 November 2022

Di dalam kelas tersisa tujuh orang yang sedang membahas apa yang akan kami lakukan. Rencana kami untuk pergi ke Pasar gagal karena hujan membasahi Bumi Malang. "kita tunggu hujannya agak reda. Baru ke pasar Dinoyo naik angkot." Ucap Ama menenangkan kami yang dibalas anggukan. "Mending beli mie pangsitnya Bu Rambut Merah." Ucap Ova yang disetujui lainnya. Lantas kami menuruni anak tangga dan menuju kantin yang berada di pojok lantai satu. Terlihat bu Rambut Merah sedang merebus mie pesanan orang lain. "Cantik belum pulang? mau mesan berapa?" Ucapnya yang penuh dengan keramahan. Ibu yang menjual mie pangsit ini kerap dipanggil 'Ibu Rambut Merah' karena dahulu saat ia belum mengenakan hijab, rambutnya berwarna merah dan panggilan itu melekat padanya hingga saat ini. "Bu mau pangsitnya 5. Ditambah kuahnya sedikit ya bu, dibungkus." Ucapku sambil memastikan kembali kepada teman-teman yang lain. Dua diantara mereka memilih untuk membeli makanan ringan di kopsis. Kami menunggu sambil berbincang-bincang dengan penjual yang lain sambil menikmati bunyi hujan yang khas. "Kok pada belum pulang?" Ucap bapak penjual es teh. "Iya pak, mau kerja kelompok tapi masih nunggu hujannya agak reda." Jawaban dariku hanya dibalas anggukan dan setelahnya mie pangsit telah siap. Kami membayar mie pangsit tersebut dan mulai kembali ke kelas.

Sesampainya di kelas, kami langsung merapatkan beberapa meja dan mulai membuka bungkus mie pangsit. Kami makan selagi masih hangat. Mie pangsit tersebut menghangatkan tubuh kami yang mulai kedinginan akibat angin dingin dari luar. "Enak banget emang, aku dari lama pengen makan ini bareng-barenggg, akhirnya keturutan." Ucapku yang dibalas dengan ketawa kecil dari teman-teman. Setelah kami makan, kami bersiap diri untuk menerobos derasnya hujan. Karena semakin malam semakin deras dan kita harus membeli bahan-bahan untuk pelajaran prakarya besok. Sandal jepit dan payung menjadi senjata kami saat itu. Kami mulai keluar dari MTSN 1 Kota Malang dan mulai berteduh di Masjid Al-Falah. Kami menunggu angkot dengan jurusan LDG yang lewat. Lama sekali kami menunggu dan tidak membuahkan hasil. Kami menyerah dan memutuskan untuk memesan Taksi online. Tapi tunggu. Saat ingin memencet tombol pesan, terlihat sebuah angkot berwarna biru dan bertuliskan LDG lewat di depan kami. Sontak kami mengayunkan tangan kami agar angkot itu menepi. Dengan  keadaan baju yang sudah dibasahi oleh derasnya hujan, kami menaiki angkot tersebut menuju Pasar Dinoyo.

Di dalam angkot tersebut, kami melihat jalanan yang sudah basah dengan kendaraan yang berlalu lalang. Menertawakan satu sama lain karena hal kecil yang mereka lakukan. Akhirnya kami sampai di pasar Dinoyo. Kami membayar dan mengucapkan terima kasih kepada bapak angkot. Kami menyebrang jalan dan mulai memasuki Pasar Dinoyo untuk membeli keperluan kita. Saat membeli barang-barang, tak sedikit yang menanyakan kami dari sekolah mana karena kami yang masih mengenakan seragam sekolah yang hanya dibaluti oleh cardigan rajut. Dengan tersenyum kami menjawab asal sekolah kami tercinta. Setelah selesai berbelanja, kami memutuskan untuk menepi sebentar di gerobak bakso depan Pasar Dinoyo. Kami memesan beberapa tusuk bakso dan semangkuk bakso.

Satu tusuk bakso kini aku pegang. Di lanjut dengan Ova, Ama, dan Qiya yang juga menusuk bakso. Lainnya memesan satu mangkuk bakso. Kami duduk menghadap jalan raya yang masih dibasahi oleh air hujan yang kini sudah mereda. Dengan bau khas dari hujan dan angin yang menyapa kulit ku serta tusukan bakso yang aku pegang. Melihat jalan raya yang masih ramai dengan kendaraan yang lalu lalang menerobos rintik hujan. Satu dua pengendara motor memakai jas hujan dengan warna yang menarik mata. Candaan dari teman-teman menjadi pelengkap. Kami membahas satu dua hal dan mulai tertawa. Walau seragam biru kami basah karena air hujan, aku tidak merasa kedinginan. Aku tetap merasa hangat. Entah dari bakso yang aku makan atau dari kebersamaan kami. 

Memang. Yang kami tuju hanyalah Pasar Dinoyo yang berakhir di gerobak bakso. Tetapi, ini bukan tentang tempat tujuan. Ini tentang kebersamaan. Menunggu hujan reda, menunggu angkot jurusan LDG, mencari bahan-bahan prakarya, dan berakhir dengan setusuk bakso. Sederhana. Tapi akan aku ingat hujan kali ini dan akan terbekas selamanya di ingatanku. Tentang hujan dan kelompok prakarya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun