Siang hari. Waktu berjalan dengan sangat lambat. Saat ini aku telah dipindahkan ke salah satu rumah sakit di Malang. Aku telah bertemu dengan Arin. Ia telah melahirkan seorang anak laki-laki yang tampan. Muka dia terlihat sangat khawatir saat melihatku. Tetapi aku meyakinkan dia, bahwa aku baik-baik saja. Aku pun melanjutkan perawatan yang harus aku lalui.
Tiga hari telah berlalu. Walau aku belum seratus persen pulih, tetapi setidaknya aku telah bisa jalan dan melakukan beberapa aktivitas seperti biasanya. Yusa masih dirawat dan ia telah sadar. Aku langsung meminta maaf kepadanya dan  kepada keluarganya. Ia hanya tersenyum dan mengangguk. Ia menyalamiku dan mengucapkan selamat atas kelahiran anakku.
Saat ini, aku sedang menimang-nimang anak lelakiku dan bermain bersama anak perempuanku. Arin sedang menyiapkan makan siang di dapur. Tanpa kusadari, aku tersenyum. Mensyukuri apa yang telah terjadi. Bersyukur masih bisa bersama anak-anakku, bermain bersama, dan tertawa bersama.
***
"Gol!." Suara di Lapangan bergemuruh. Terlihat nomor punggung 29 menendangkan bola ke dalam gawang dan waktu pertandingan telah usai. Team anak lelakiku memenangkan pertandingan. Lantas ia dan teman-temannya melakukan sedikit selebrasi dan bersalaman dengan tim lawan. Ia berjalan ke arahku dengan senyum yang merekah.Â
Ia dan teman-temannya menaiki podium dan mulai menerima piala sedang medali. Aku memotretnya. Rasa bangga ini tak bisa digambarkan. Aku sangat bangga padanya. Aku akan terus mendukung apa yang ia inginkan sampai dewasa nanti. Akan aku temani ia sampai menjadi orang yang sukses dikemudian hari nanti.
Setelah aku memotret anakku, Yusa datang kepadaku sambil menepuk pundakku. "selamat bang! Tim anak kita menang." Aku membalasnya dengan senyuman dan ucapan terima kasih. Lantas kami berdua pun menemui anak kami yang sedang merayakan kemenangannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H