Ilustrasi :
Pak Agung adalah seorang yang sangat sibuk bekerja, saking rajinnya bekerja ia sangat jarang pulang ke rumah. Terlebih lagi ia belum berkeluarga, maka ia pun sendirian kalau pulang ke rumah. Suatu malam Pak Agung pulang ke rumahnya, karena sangat lelah ia berencana akan istirahat sambil nonton tv. Tapi ketika memasuki rumah ia menyalakan lampu ternyata tidak menyala, ia mengira kalau lampunya sedang rusak, kemudian ia beralih ke tv ternyata juga tidak bisa ia nyalakan, ia pun kebingungn. Kemudian datanglah Bu Lili yang rumahnya sedang dalam kegelapan, ketika ditanya Pak Agung maka Bu Lili pun bercerita kalau ia baru pulang bekerja dan mendapati token listriknya telah habis dan ia sebenarnya sangat malas untuk keluar rumah. Lalu Pak Imam datang membawa berita bahwa kemarin ada petugas PLN yang datang dan mengatakan kalau Pak Agung telah menunggak tanggungan listrik selama beberapa bulan sehingga listriknya dicabut sementara. Kemudian Pak Agung baru teringat, kalau selama ini ia memang jarang pulang dan selalu lupa untuk membayar tagihan listrik karena sibuk bekerja.
Naah, ini dia masyarakat modern, sibuk kerja nyari uang eh tapi lupa buat bayar kewajiban. Coba kalau listrik itu kita gak usah bayar ke tempat tertentu, atau gak usah beli dulu listrik token.
Berawal dari ilustrasi tersebut muncullah sebuah gagasan, gimana kalau meteran listrik kita itu kita jadiin alat yang sistemnya seperti handphone ? Kalau handphone kan bisa berguna kalau ada pulsanya, nah kalau pulsa habis apa yang biasanya kita lakukan ? Mungkin sebagian dari kita akan sms teman yang jualan pulsa untuk mengirimi pulsa, yang mana kita bisa membayar tagihannya bisa kita bayarkan tunai ke dia atau transfer. Atau bisa juga kita ke counter untuk membeli pulsa dengan menuliskan nomer hp kita ke pegawai counter.
Naah, kalau meteran listrik kita dijadikan layaknya handphone seperti itu kan juga enak. Dengan setiap meteran memiliki nomor seri layaknya kartu simcard handphone, maka ketika listrik habis maka kita tinggal menombol tombol tertentu di meteran listrik agar mendapat listrik dari counter listrik, yang mana meteran listrik kita tersebut juga terhubung dengan bank yang akan menjadi alat pembayaran secara kredit. Kan kalau begitu kita tidak perlu susah-susah untuk keluar rumah apalagi ketika kita capek-capek baru pulang kerja seperti Pak Agung tadi, atau ketika cuaca sedang tidak mendukung.
Kemudian kalau kita sedang keluar rumah lalu teringat kalau listrik di rumah sudah hampir habis, maka kita bisa mampir ke counter listrik atau ATM atau tempat penyedia listrik lainnya yang mana kita tidak perlu memprogram kembali seperti token listrik sekarang ini, karena dalam sistem ini setiap meteran listrik mempunyai nomer seri sendiri-sendiri layaknya kartu simcard di handphone. Sehingga ketika kita membeli pulsa listrik, kita hanya perlu menyertakan nomer seri meteran listrik kita dan berapa kuota listrik yang diinginkan, begitu saja.
Jadi bayangkanlah, kalau meteran listrik di rumah kita itu jadi handphone yang tinggal kita isi pulsa kala memiliki kebutuhan listrik.
Ilustrasi :
Sekarang Pak Agung dan Bu Lili tak lagi susah dan bingung kala pulang ke rumah, karena dijamin ia tak akan kegelapan lagi kala pulang malam-malam. Karena ketika ia membutuhkan isi ulang listrik ia hanya tinggal menekan tombol-tombol di meteran listrik untuk meminta kiriman kouta listrik ke tempatnya, dan ia tak perlu bingung-bingung lagi untuk membayar tagihannya, karena tagihan listrik tersebut langsung diambil dari kredit tabungannya di Bank.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H