Mohon tunggu...
Autumn Fantasy
Autumn Fantasy Mohon Tunggu... -

SAMPAI HABIS WAKTUNYA JGN TINGGALKAN KU

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ku Kehilangan Mu

5 Mei 2012   19:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:39 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Jumat yang cerah. Matahari bersinar terang. Hanya nasib ku yang sedikit redup. Ini masa penantian pekerjaan. Alias masih pengangguran. Matahari siang itu mulai semakin membuat panas kota besar ini. Kupikir ini saatnya aku ibadah jumat di mantan kampus. Sambil menemui sahabat ku yang masih berjuang menyelesaikan studi yang sempat tertunda karena sakitnya. Namun saat itu dia sudah siap menyelesaikan studi demi gelar sarjana yg ini diraih.
Sesampai di kampus buru-buru aku menuju kapel tempat tujuan ibadah. Ku berkumpul bersama beberapa warga kampus. Ditengah ibadah HP ku pun bergetar pertanda ada panggilan masuk. Namun kuabaikan saja, kupikir sahabat ku sedang mencari ku seusai dia kuliah krn kami sudah janjian akan ketemu wkt ibadah atau seusainya. Seusai ibadah sahabat ku sudah didepan kapel, jadi HP pun tak kusapa. Nanti saja ku tengok paling missed call dr sohib yang sudah ada bersama ku sekarang.
Seperti biasa kami mengobrol sana sini sharing pengalaman ku tentang ujian yg sudah lebih dulu mangambil mata kuliah itu..
Tiba-tiba HP ku bergetar kembali. Kali ini langsung kutengok, ternyata panggilan masuk dari saudara sepupu di kampung halaman. Tak kusangka dan tak kuduga bak petir menyambar diriku disiang bolong. Dia memberitahu kabar duka, paman kakak dr ibu meninggal siang itu. Baru dua minggu sebelumnya dia datang menemui ku di kota besar ini. Kami memiliki kedekatan relasi yg cukup erat meski jarang bertemu. Kaget serasa tak sadar bak orang ling lung sejenak. Setelah itu aku lgsg pamit pulang pada sahabat ku.
Aku pulang dengan hancurnya hati, sambil air mata tak terbendung lagi. Sesampai di rumah. Aku lgsg segera mencari transport menuju kampung halaman. Tak banyak kata yg terucap. Dalam perjalan pulang aku hanya menangis seolah air mata sudah tak mau kukendalikan. Tapi sesampai di kampung halaman aku tak boleh lagi terlihat hancur, krn orang tua akan semakin mengkhawatirkan ku yg biasa terlihat tegar. Peti pun blm ditutup demi ku ucapkan salam terakhir untuknya kekasih hati. Seusai kremasi, satu minggu kemudian ku masih menghantar abu itu untuk 'dilarung'. Oh tidak.. Semakin hancur hati ini. Teringat 2 minggu sebelum dia pergi, ku katakan "aku pengen mancing bersama mu..", dia menjawab "um..(Sambil berpikir sejenak) ya aku sich ayo aja, tp kapan kamu pulang lagi?" Ku jawab "Iya nanti aku atur jadwal pulang dulu nanti kita pergi bersama ya ke pasir putih". Maka benarlah aku ke pasir putih yang kami maksud. Tp kini aku harus menghantar kepergiannya untuk selamanya. Sejak saat itu pantai yg dulunya menjadi tempat favorit untuk berlibur, menyisakan trauma yang begitu dalam bagiku.

Seusai pelepasan abu, aku putuskan kembali ke kota besar, di sana tempat aman untuk bersembunyi dari orang2 yang kukasihi, berhari2 ku mendekam di dalam rumah, sambil kulayangkan surat2 lamaran sambil lalu saja, tak ada minat tak ada arah, lama kelamaan aku pun tak mampu konsentrasi dengan kehidupan nyata, tak ingin bertemu dengan teman2. Jika dikunjungi pun aku bagai orang ling lung. Berbulan2 kemudian aku keluar hanya jika ada panggilan interview, sambil tak konsen ku jalani, serasa hidup ku hancur tanpa arah. Penyesalan2 datang dlm hidup ku. Ku begitu karena kami saling menyayangi namun semasa bersama kami tak saling mengungkapkan dg kata2 hanya dlm perhatian perbuatan kami ungkapkan secara tak langsung. Tak kusangka KU Begitu KEHILANGAN MU.. Ternyata kau begitu penting dalam hidup ku. Maklum kami begitu dekat krn dia beristri namun tak mempunyai seorang anak pun. Dan semasa kecil ku dia pun ikut merawat ku.. Ikatan batin ini tumbuh tanpa ku sadari.

Namun Tuhan berkata lain. Mari bangkit nak, Ku masih bersama mu, masih banyak yg bisa kau buat diwaktu2 mendatang. Perlahan ku mulai menyadarkan diri dari keterpurukan sampai kudapatkan pekerjaan pertama ku.
Hampir 2 tahun sudah kepedihan itu terjadi. Kepergian karena skt jantung yg begitu saja merenggutnya dari ku tanpa ada kompromi.
Hampir dua tahun sudah berlalu namun kenangan akan mu akan selalu hidup dlm ingatan ku, kini beristirahatlah dengan tenang, jangan khawatirkan ku.. Aku sudah belajar mengikhlaskan kepergian mu, meski diwaktu2 tertentu air mata kadang mengalir untuk kenangan kita. Maaf tak sempat kau tau aku begitu mengasihi mu.. Kecupan pertama dan terakhir saat perpisahan di kota besar tak akan ku lupakan.. Selamat jalan kekasih jiwa, sahabat, paman, orang tua ku.. Terima kasih untuk segalanya yg telah kau beri satt kebersamaan kita. Tak akan ada seorangpun dlm hidup ku yang akan bisa menggantikan mu dalam hidup ku.. Doa ku selalu untuk mu..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun