Mohon tunggu...
Jack Silaban
Jack Silaban Mohon Tunggu... Freelancer - MAHASISWA

ORANG YANG BIASA SAJA DI LINGKUNGAN LUAR BIASA

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Dunia Cemas Memantau Pemilu AS yang Mengarah pada Perpecahan

10 November 2020   09:54 Diperbarui: 11 November 2020   11:36 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: CNBC Indonesia

Negara-negara yang sudah lama berjuang dengan demokrasi mulai melihat kondisi politik yang di cerminkan di Amerika Serikat. "Di Afrika itu bukanlah hal yang baru," kata Oliver Dickson, penyiar radio di Johannesburg. "Pemilu gaduh -- sebenarnya yang Trump lakukan -- adalah latihan jangka panjang di sini. Saat demokrasi dibajak, hanya institusinya yang mampu untuk menyelamatkannya."

Proses demokrasi di Amerika Serikat tidak pernah berjalan mulus. Sudah lama ada masalah dalam keuangan kampanye, gerrymandering dan keberagaman yang negatif. Akan tetapi, tidak pernah ada seorang presiden yang sedang menjabat dianggap begitu tajam mencoba merusak proses itu sendiri. Dalam tindakannya, Presiden Trump telah mengikis kepercayaan orang"Hal itu menghancurkan citra Amerika," ujar Robin Niblett, Chatham House, lembaga yang berpikir tentang urusan dunia di London. "Itu merusak pandangannya."

The Organization for Security and Cooperation di Eropa menyerang Trump pada hari Rabu karena "tuduhan tak berdasar" tentang kecurangan yang terjadi pada pemilu dan menyerukan untuk berulang kali menghentikan pemungutan suara di daerah-daerah tertentu yang terlihat melawannya.

Waktu menegangkan bagi demokrasi dunia

"Tidak ada seorangpun -- tidak ada politisi, tidak ada pejabat terpilih, tak seorangpun -- yang dapat membatasi hak rakyat untuk memilih," kata Michael Georg Link, pejabat. "Tuduhan tanpa dasar tentang defisiensi sistematis, terutama oleh presiden yang sedang menjabat, termasuk dalam malam pemilihan, merusak kepercayaan publik pada institusi demokrasi."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun