Bagaikan ada yang membisiki, ‘jangan lama lama sholat, kau tidak punya banyak waktu, tugas memumpuk menunggu penyelesaian. Makanya, lakukan sholat sekedarnya saja’, bisikan maut yang membuat mutu ibadah turun, bahkan tidak pantas dicatat dalam kitab Ilahi. Ibarat petani yang gagal mengairi sawahnya. Dia mememacul tanah dan menumpuknya untuk menahan air agar mengalir masuk ke lahannya. Namun, setiap kali dipacul, tanah hanyut terbawa arus. Dipacul dan dipacul, namun tanah tetap hanyut, sampai petani itu lelah bermandikan peluh. Itulah gambaran ibadah yang dilakukan tergesa gesa; tidak ada rohnya, tidak menimbulkan bekas dalam penciptaan karakter insan kamil, Allahu Akbar. Stop tergesa gesa dalam sholat. Paling tidak ada empat alasan, kenapa sholat harus dilakukan dengan tenang:
- Sholat adalah media konsultasi vertikal. Lebih baik mencurahkan lebih banyak waktu untuk berkonsultasi dari pada berlama lama sesat di jalan;
- Tergesa gesa muncul biasanya didorong oleh keinginan agar pekerjaan terselesaikan cepat. Padahal, selesai tidaknya pekerjaan bukan semata-mata ditentukan oleh usaha dan lamanya waktu yang dicurahkan, tetapi lebih banyak disebabkan karena karunia Ilahi;
- Tergesa gesa tidak perlu muncul karena “rezeki ayam tidak akan direbut oleh itik, asal ayamnya datang mengambi rezekinya’;
- Memang sudah semestinya dan haknya waktu digunakan untuk menyembah Allah. Justru kalau sholat itu dilakukan dengan tergesa gesa, maka ada pelacuran dalam pemanfaatan waktu, berarti haknya tidak ditunaikan.
Bila waktu sudah ditunaikan haknya, sampai tidaknya perjalan fisik, tidak jadi soal, karena yang dipertanggungjawabkan adalah proses. Dengan demikian, setiap pertanyaan akan bisa dijawab dan dipertanggungjawabkan karena memang waktu sudah dibelanjakan sesuai dengan haknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H