Mohon tunggu...
Abdullah Usman
Abdullah Usman Mohon Tunggu... Ilmuwan - sempat fakum, kini aktif kembali

Dosen agribisnis Unram, pengamat prilaku sosial keagamaan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kiat Efektif Meningkatkan Kecintaan kepada Rosul

28 September 2023   22:22 Diperbarui: 28 September 2023   22:26 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Yang paling relefan dilakukan untuk mengenang hari kelahiran Rosul (maulid) adalah berupaya untuk terus meningkatkan kecintaan kepada Rosul, sampai merasa mudah dan ringan untuk mengikuti sunnah Rosul. Sejumlah informasi dan dalil sudah didapat dari banyak sumber, namun tidak terlalu efektif meningkatkan kecintaan kepada Rosul.  Semua yang pernah didengar melalui ceramah, atau membaca tulisan, atau menonton video YouTube dll sumber, ditulis dan diramu sehingga menimbulkan rasa takjub, betapa rasul merupakan sosok luar biasa yang amat sangat sempurna. Akhlaknya memukau, sangat keterlaluan orang yang kenal akhlak Rosul namun tidak mencintau Rosul. Berikut ringkasan dan rangkuman catatan yang berkaitan dengan akhlak Rosul:     

(1) Pemaaf, tidak pendendam, pemberi rahmat.  Pada fase awal penyebaran ajaran Islam, Rosul mendpatkan tantangan dan tekanan dari kalangan kafir Qurais, sampai Rosul hijrah, diusir dari tempat kelahirannya Mekkah, ke Tho’if. Abdurrahman Bin Auf, dibolehkan ikut hijrah Nabi, tapi dia harus meninggalkan semua harta bendanya, kecuali baju yang dikenakan di badan.

(a) Mereka pergi ke Thoif, berharap disambut.  Teryata yang didapat caci maki dan penghinaan, bahkan dilempari batu, sampai gigi Nabi berdarah.  Malaikat marah, dan menawarkan agar manusia yang biadab itu dimusnahkan, dilempari gunung, dia benturkan dua gunung, sehingga mereka mati dalam himpitan bukit.  Nabi tidak setuju membenturkan mereka dengan gunung, malah Nabi mendokan ampunan untuk mereka, karena mereka belum tahu ajaran kebenaran.

(b) Pergi pulang ke masjid, diludahi, tidak marah.  Sekitar sebulan tidak lagi ada yang meludahinya.  Dapat informasi kalau yang meludahinya itu sakit.  Segera bergegas menjenguknya.   ‘Keluarga sudah ku kasih tahu kalau aku sakit, mereka belum ada satupun yang datang menjengukku.  Justru kau ya Muhammad, yang aku ludahi setiap hari justru yang paling awal menjenguku.

(2) Sangat kuat beribadah, tiada tandingan.  Figur yang maksum (sudah diampuni dosa yang sudah maupun yang akan datang), ibadahnya sampai kakinya bengkak. Pernah dimasalahkan istrinya, karena ibadahnya sampai bengkak kaki.  “Engkau Nabi, yang sudah diampuni dosa, untuk apa ibadah sampai kaki bengkak”. Dijawb Rosul, “apakah Engkau tidak mau kalau aku ini tergolong orang yang pandai bersyukur?”

(3) Perkataannya selalu menjadi kenyataan.  Saat ditanya, kata saudagar yang Rosul lihat itu, memasuki kota Mekkah. Rosul yang baru pulang melakukan perjalanan Isro’ Mi’raz menjawab, “hari ini, sebelum matahari terbenam”.  Menjelang matahari terbenam, belum nampak rombongan saudagar memasuki kota Mekkah.  Rosul bermunajad, agar Allah menahan matahari itu, agar tidak terbenam dulu, sampai rombongan itu masuk kota Mekkah. Matahari tertahan, perkataan Rosul menjadi kenyataan.   

(4) Mampu membaca yang belum nampak. Bilal masih hidup, tapi Rosul sudah melihat terompah bilal masuk syorga.  Lain kesempatan, Rosul bilang “sebentar lagi kita akan melihat sosok, ahli syorga”.   

(5) Mampu menilai dengan tepat.  Orang yang munafik, walau berpura-pura baik, Rosul tahu kalau itu orang munafik.

(6) Selalu terjaga dan terlindungi dari bahaya.  Ada yang berusaha meracuni Rosul, hampir diminumnya, lalu Jibril kasih tahu, kalau minuman yang disuguhkan itu ada racunnya.  Begitu juga dengan jebakan abu Jahal yang menggali lobang.  Abu Jahal mengutus orang untuk memanggil Muhammad agar menjenguk pamannya yang sakit, padahal pura pura meriang.  Tinggal satu langkah masuk lobang, dikasih-tahu Jibril kalau itu lobang jebakan.  Segera Rosul balik, Abu Jahal tidak tahan, dia bangun mengejar Muhammad, lupa dengan lobang yang dia gali, akhirnya Abu Jahal sendiri yang masuk lobang.

(7) Sangat perduli dengan nasib dan keselamatan orang lain.  (a) Menjelang meninggalnya, Jibril datang.  “Ya Jibril adakah khabar yang ingin kau sampaikan yang terkait dengan meninggalnya aku?”  Jibril menjelaskan suasana yang amat sangat indah yang sudah dipersiapkan untuk menyambut kedatangan roh Muhammad.  Semua pintu langit dibuka dan dihias, bidadari sudah berdandan sangat elok, tidak ada kata yang dapat mengungkapkannya.  Syorga sudah dihias, semua serba sempurna menyambut kedatangan rohMu.  Khabar yang disampaikan Jibril ini, tidak membuat Rosul bergeming hati, bahkan tidak penting dia tahu itu.  “Aku ingin tahu, bagaimana akhirnya nasib umatku”.  Begitu pedulinya Rosul, padahal sebagian umatnya di akhir jaman, belum sempat Rosul lihat.  “Adapun umatmu, selama dia syahadat, mereka akan mendapatkan syafaatmu, dan mereka akhirnya akan masuk syorga’,jelas Jibril.  “Kalau begitu aku bulat hati, dan siap untuk pulang”.  Mulailah Malaikat Izra’il mencabut nyawa dengan sangat halus dan hati hati agar tidak menyakiti rosul. Namun sehalus halusnya Malaikat Ijra’il mencabut nyawa, sakitnya tetap tidak mampu ditahan.  Mengetahui dan merasakan sakit yang amat sangat pada proses sakaratul maut, Rosul tidak mau umatnya merasakan itu.  ‘Biarkan semua sakit itu ditimpakan kepada ku, agar tidak dirasakan oleh umatku’.  Pada saat menghembus napas yang terakhir, masih sempat melontarkan ucapan:  as-sholah, An Nisa, ummatii.  Begitu peduinya Rosul pada umatnya.  Allahumma Salli Alaa Muhammad.

(b) Pada hari Yaumul Mahsar, banyak yang panik ketakutan, menyadari kalau dirinya banyak dosa, tidak mempunyai bekal yang mencukupi untuk akhirat.  Mereka mencari syafaat.  Pergi menghadap Nabi Adam, Beliau tidak punya kemampuan untuk itu, Nabi Adam sendiri merisaukan dosa yang sempat dia perbuat, karena melanggar larangan Allah untuk tidak memakan buah khuldi. Pindah ke Nabi Isa, tidak mampu; ke Nabi Musa, ke Nabi Ibrahim, ke Nabi Ismail, semua menolak, tidak mampu memberi syafaat.  Kepada Nabi Muhammad, Rosul memberikan syafaat asal ada dasar, bukti bahwa dia adalah umat Muhammad.  Ada yang bilang, ya Rosul, dulu saat di dunia, saya menikah, karena mengikuti sunnahMu.  Ada yang bilang ya Rosul, dulu saat hidup di alam dunia saya sering bersalawat; Masing masing sibuk mengingat perbuatan yang bisa disebut sebagai bukti bahwa dirinya adalah umat Muhammad.

Dengan perbanyak pengetahuan tentang akhlak Rosul, makan akan muncul rasa kecntaan kepada Rosul yang semakin mendalam.  Semoga.     

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun