Rasanya emosi setiap kali melihat berita di berbagai media mengenai kelakuan para wakil rakyat. Ribut soal gedung baru, studi banding, dana inilah, dana itulah. Sementara di lain pihak sudah tak terhitung lagi berapa pekerja berguguran karena PHK, rakyat yang kelaparan dan mengemis di jalanan, dan mereka yang tak lagi dapat mengenyam pendidikan. Wakil rakyat yang seharusnya merupakan representasi dari rai rakyat, sama sekali tak representatif. Repot menggembungkan perut sendiri ketika sudah berada di pucuk pimpinan, lupa saat mereka berteriak-teriak tentang betapa laparnya perut bersama. Dasar manusia.
Ketika para wakil rakyat mengeluhkan tentang betapa “besarnya” ruang kerja mereka yang katanya tidak lagi mampu menampung aktivitas mereka yang kebanyakan asisten itu, sehingga mengakibatkan tuntutan pembangunan gedung baru bernilai milyaran rupiah, SDN Mekarjaya 11 Depok yang berdiri tak jauh dari Jakarta sedang mengalami kesulitan keuangan akibat macetnya dana BOS (Biaya Operasional Sekolah, red). Kesulitan keuangan yang berkibat sekolah memiliki hutang 43 juta rupiah tersebut rupanya tak sampai ke telinga para wakil rakyat yang sibuk menyesaki telingnya dengan isu-isu tak penting mengenai diri mereka sendiri. Kesulitan keuangan yang dialami oleh lembaga pendidikan dasar inipun telah membuat kepala sekolah, ibu Suhaedah, berhutang sana sini dan merelakan properti pribadinya berupa emas 40 gram untuk digadaikan demi menutupi biaya operasional sekolah. Padahal jika dibandingkan dengan uang milyaran rupiah yang sedang diributkan untuk pembangunan gedung baru para wakil rakyat ini, hutang SDN Mekarjaya 11 tentu bukan apa-apa. Bahkan jika dibandingkan dengan biaya studi banding bin plesiran para wakil rakyat ke luar negeri yang sama sekali tidak menghasilkan itu, hutang ini pun sangat lah kecil. Tetapi apakah para wakil rakyat ini ikhlas melepaskan kesempatan plesiran ke luar negeri dibiayai uang pajak rakyat ini untuk membantu sekolah ini dan atau sekolah lain yang memiliki masalah yang serupa?. Bagaimana wakil rakyat? Anda dimana ketika puluhan bahkan ratusan siswa disekolah ini terancam tidak dapat melakukan aktivitas pendidikannya gara-gara dana operasional yang tak kunjung turun? Sibuk berfoto di Santiago Bernabeu? Atau sedang nampang di sekitar jam bigben? Atau jangan-jangan sedang makan siang dengan singa-siang afrika?
Macetnya biaya pendidikan ini mestinya menjadi suatu koreksi besar terhadap manajemen dan pengelolaan dana BOS, juga terhadap para wakil rakyat. Jika telinga mereka sudah tuli dengan tiket pesawat ke luar negeri, mungkin permasalahan seperti ini yang saya yakin tidak hanya menimpa SDN Mekarjaya 11 Depok, tidak akan pernah sampai ke telinga mereka. Lalu bagaimana dengan nasib generasi penerus bangsa ini? Bagaimana dengan nasib calon pemimpin bangsa yang saat ini sedang mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah bermasalah tersebut? Bukankah nasib generasi penerus bangsa inilah yang seharusnya menjadi agenda besar yang mesti diperjuangkan oleh wakil rakyat demi menjaga kelangsungan bangsa ini? Apakah nasib para penerus bangsa ini kalah penting ketimbang agenda “plesiran” ke luar negeri?
Yang terhormat para wakil rakyat, jika masih ada sedikit saja sisa lubang telingan anda, jika masih ada sedikit saja sisa nurani anda, dan jika masih ada sedikit saja sisa pengelihatan anda, tolong sudilah melihat ke bawah sana. Lihatlah mereka yang mempercayakan suaranya untuk anda, yang tidak keberatan memberi makan anda dari pajak mereka meski sementara itu mereka tidak dapat makan, hanya demi sedikit perhatian anda.
Sumber : http://id.berita.yahoo.com/dana-bos-tak-kunjung-cair-kepsek-depok-gadai-135526892.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H