Mohon tunggu...
auroraauliandari
auroraauliandari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

sosial, entrepreneur, marketing,anak.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Lifestyle Gen Z: Kecepatan Digital, Kepedulian Sosial, dan Kebiasaan yang Perlu di Perbaiki

12 Desember 2024   16:08 Diperbarui: 12 Desember 2024   16:08 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Gen Z, generasi yang lahir antara tahun 1997 dan 2012, hidup di dunia yang serba digital dan cepat. Mereka memiliki gaya hidup yang sangat berbeda dengan generasi sebelumnya, mengutamakan keseimbangan antara pekerjaan, hiburan, dan kesehatan mental. Namun, meskipun ada banyak sisi positif dalam gaya hidup mereka, ada beberapa kebiasaan buruk yang perlu diperhatikan.

Kecepatan Digital dan Kepedulian Sosial

Gen Z sangat akrab dengan teknologi dan media sosial. TikTok, Instagram, dan X (dulu Twitter) adalah bagian penting dalam kehidupan mereka, tempat mereka berbagi momen pribadi, mengikuti tren, dan mengekspresikan diri. Tak sedikit dari mereka yang beralih menjadi content creator atau influencer, memanfaatkan platform tersebut untuk mencari popularitas dan bahkan penghasilan. Media sosial juga memberi mereka peluang untuk berbagi opini tentang berbagai isu, mulai dari politik hingga masalah sosial.

Meskipun kehidupan digital mereka sangat aktif, Gen Z juga lebih sadar akan pentingnya kesejahteraan mental dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka lebih terbuka dalam membicarakan masalah emosional, seperti depresi, kecemasan, dan stres. Hal ini terlihat jelas dalam banyak percakapan online, di mana mereka berbagi pengalaman dan mencari solusi untuk masalah mental yang dihadapi. Tak jarang, mereka juga lebih terbuka untuk mencari terapi atau konseling sebagai langkah untuk merawat kesehatan mental mereka.

Selain itu, Gen Z menunjukkan kepedulian yang besar terhadap isu-isu lingkungan. Banyak dari mereka yang berusaha menjalani hidup yang lebih ramah lingkungan, mulai dari mengurangi penggunaan plastik sekali pakai hingga mendukung merek-merek yang berkomitmen terhadap keberlanjutan. Mode mereka juga mencerminkan kesadaran tersebut, dengan banyak yang memilih barang-barang bekas atau sustainable fashion daripada barang baru yang berpotensi merusak lingkungan.

Work-Life Balance dan Kebebasan Waktu

Pekerjaan bagi Gen Z bukanlah segalanya. Mereka lebih memilih fleksibilitas dalam pekerjaan dan lebih cenderung mencari kebebasan waktu, baik itu melalui kerja remote atau pekerjaan freelance. Banyak dari mereka yang memilih untuk memiliki usaha sampingan atau bekerja sebagai freelancer agar bisa mengatur waktu mereka sendiri. Bagi mereka, yang terpenting adalah pekerjaan yang memberi makna tanpa harus mengorbankan kebahagiaan pribadi.

Namun, kebebasan ini kadang-kadang berujung pada kebiasaan buruk dalam hal pengelolaan waktu. Gen Z sering merasa terjebak dalam multitasking atau kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan secara efisien. Waktu yang seharusnya digunakan untuk beristirahat atau bekerja bisa terganggu oleh banyaknya distraksi, baik dari media sosial atau kegiatan lain yang kurang produktif. Hal ini bisa membuat mereka merasa terburu-buru dan akhirnya mengalami stres atau burnout.

Kebiasaan Buruk yang Muncul

Walaupun banyak sisi positif dalam gaya hidup Gen Z, ada beberapa kebiasaan buruk yang bisa mengganggu kualitas hidup mereka. Salah satunya adalah ketergantungan yang berlebihan terhadap teknologi dan media sosial. Mereka cenderung menghabiskan banyak waktu untuk scroll media sosial, memeriksa notifikasi, atau menonton video-video singkat di TikTok. Kebiasaan ini bisa mengarah pada perasaan cemas dan FOMO (Fear of Missing Out), serta mengganggu hubungan sosial mereka di dunia nyata.

Selain itu, kebiasaan konsumsi konten cepat yang mereka gemari juga bisa mengurangi kemampuan fokus dalam jangka panjang. Gen Z lebih suka menonton video pendek atau membaca artikel yang tidak terlalu berat. Meskipun menghibur, kebiasaan ini membuat mereka kurang tahan terhadap kegiatan yang memerlukan perhatian lebih lama, seperti membaca buku atau mengikuti kuliah dengan fokus penuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun