Mohon tunggu...
Aurellia Tsany Tabitha
Aurellia Tsany Tabitha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga 23107030113

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Anak Korban Perang Sedunia 2024: Refleksi dan Realitas

4 Juni 2024   00:41 Diperbarui: 4 Juni 2024   01:19 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Anak Korban Perang Sedunia diperingati setiap tanggal 4 Juni sebagai momen untuk mengingat penderitaan anak-anak yang menjadi korban konflik bersenjata di seluruh dunia. 

Tahun ini, perhatian dunia tertuju pada Rafah, sebuah kota di Jalur Gaza, Palestina, yang sedang dilanda konflik hebat. Anak-anak di Rafah menjadi simbol nyata dari dampak buruk perang yang terus berlangsung tanpa akhir yang jelas.

Hari Anak Korban Perang Sedunia pertama kali diperingati oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1982. Inisiatif ini muncul sebagai tanggapan terhadap penderitaan yang dialami oleh anak-anak di berbagai zona konflik, khususnya di Timur Tengah. 

Tujuan dari peringatan ini adalah untuk mengingatkan dunia tentang dampak destruktif perang terhadap anak-anak dan mengajak komunitas internasional untuk mengambil tindakan konkret dalam melindungi mereka.

Anak-anak di zona perang mengalami berbagai bentuk penderitaan yang mengerikan. Mereka menghadapi ancaman fisik, psikologis, dan emosional yang mengganggu perkembangan mereka. Konflik di Rafah, Palestina, memperlihatkan dengan gamblang bagaimana perang merenggut masa kecil anak-anak dan mengancam masa depan mereka.

  • Trauma Psikologis

Anak-anak yang hidup di bawah bayang-bayang perang sering kali mengalami trauma psikologis yang mendalam. Suara ledakan, pemandangan kehancuran, dan kehilangan orang-orang yang mereka cintai meninggalkan bekas luka yang sulit disembuhkan. Di Rafah, anak-anak hidup dalam ketakutan terus-menerus, dan banyak dari mereka menderita gangguan kecemasan, depresi, serta mimpi buruk yang berulang.

  • Kehilangan Pendidikan

Konflik berkepanjangan menghancurkan infrastruktur pendidikan di banyak daerah, termasuk Rafah. Sekolah-sekolah hancur, guru-guru terpaksa mengungsi, dan anak-anak kehilangan akses ke pendidikan. Tanpa pendidikan, mereka kehilangan peluang untuk masa depan yang lebih baik dan terjebak dalam lingkaran kemiskinan dan ketidakstabilan.

  • Akses Terbatas ke Layanan Kesehatan

Layanan kesehatan di Rafah sangat terbatas akibat blokade dan serangan yang terus berlanjut. Anak-anak yang terluka sering kali tidak mendapatkan perawatan medis yang memadai. Penyakit yang seharusnya bisa dicegah menjadi ancaman serius karena kurangnya akses ke vaksin dan obat-obatan. Kondisi ini diperparah dengan kerusakan fasilitas kesehatan yang kritis.

linimassa.id
linimassa.id

Rafah, kota di perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir, telah menjadi salah satu titik panas dalam konflik Israel-Palestina. Serangan udara, penembakan, dan blokade telah menyebabkan penderitaan yang luar biasa bagi penduduknya, termasuk anak-anak. Dalam beberapa bulan terakhir, eskalasi kekerasan di Rafah telah mengakibatkan banyak korban jiwa dan cedera, serta kerusakan infrastruktur yang parah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun