Mohon tunggu...
Aurelius Teluma
Aurelius Teluma Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Lahir di Lato, Flores Timur, NTT, Belajar Filsafat & Teologi Sosial-Politik di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pascasarjana Ilmu Komunikasi di Fisipol UGM Yogyakarta. Cinta NKRI tanpa kaum oportunis!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mainan Itu Bernama Rakyat(?)

2 April 2012   16:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:07 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Aurelius Teluma

Salah seorang petinggi partai berkuasa di negeri ini sering berseloroh, “Mainkan barang itu!” ‘Barang ‘yang dimaksudkan adalah pemikiran, gagasan dan kadang-kadang kebijakan. Artinya (tentu saja masih dalam nada seloroh?) pemikiran, gagasan dan (kadang-kadang) kebijakan itu adalah mainan itu.

Mari sejenak kita lanjutkan seloroh petinggi partai itu. Dan ‘barang’ yang dimainkan itu adalah rencana kenaikan harga BBM bersubsidi yang diajukan ke DPR. Maka sungguh, barang itu benar-benar dimainkan dalam rapat paripurna DPR yang sarat jargon dan komunikasi politik ‘cari muka.’ Sekalipun sudah mengusung misi yang jelas yakni menaikkan harga BBM dengan mengusulkan perubahan UU-RAPBN-P tetapi di ruang rapat yang disaksikan rakyat, tetap saja wajah-wajah mereka bertopengkan citra ‘tak tega’ dan terkesan ‘terpaksa’ merencanakan semuanya itu.

Dan agar wajah manis itu tetap ‘manis’ maka bersekongkolah mereka dengan partai koalisinya yang dari dulu meneriakkan jargon usang, “Suara G*****, suara rakyat.” Si partai koalisi lalu mengemas rencana kenaikan itu dengan lebih manis lagi…’akan naik/turun jika….naik/turun.’ Ah, benar-benar karakter kompromistis, elastis dan (maaf!) licik terpancar di sana. Buktinya, segera setelah hasil voting mengiyakan rumusan yang diklaim milik mereka itu, maka sang petinggi partai G itu langsung mengumumkan…partainya sudah melakukan apa yang dituntut rakyat! Padahal, yang diteriakn rakyat itu tidak pakai syarat, tetapi lugas, Tolak Kenaikan Harga BBM!

Tetapi permainan itu lebih seru lagi dengan ulah satu partai koalisi lagi yang mungkin terlalu negatif jika disebut bunglon, jadi kita sebut saja ‘yang lagi galau.’ Partai P** ini sedang berkuasa, tetapi masih ‘kecil’ alias masih ‘nebeng’ di dua raksasa lainnya. Maka ia galau, mau dukung seratus persen maka mungkin akan sulit menjadi ‘besar’ pada 2014 nanti. Tetapi juga pingin tolak sepenuhnya maka dia akn segera kecil saat ini juga. Maka terjadilah drama itu, tolak dengan rasa was-was! Alasannya, memihak rakyat!

Hohoho..sekarang, dari pentas politik menggelikan itu kita jadi tahu, apa dan siapa yang sesungguhnya ‘barang’ yang dimainkan itu: Rakyat!! Naikan harga ‘demi’ rakyat, naik bersyarat disebut sudah memenuhi seratus persen tuntutan rakyat, dan…menolak dalam kegalauan pun ‘demi’ rakyat! Ya, barang mainan itu bernama rakyat!!

Dan sungguh rakyat AKAN semakin menjadi barang mainan, bukan saja oleh politisi-politisi nakal dalam negeri tetapi juga pasar global yang sudah terkenal kapitalis dan serakah! Tidak percaya? Baca baik-baik rumusan pasal 7 ayat 6a yang dibuat para wakil kita itu! Maka akan ditemukan di sana, bahwa KONSTITUSI, jangkar dan tempat berlindung rakyat dan negeri ini khususnya dalam bidang BBM sudah beralih kemudi, yakni pasar!! Kalau jangkar pun sudah dipermainkan, maka akan jadi apa bahtera dan seisinya? Ya jadi barang mainan!!

Karena itu, segenap rakyat negeri kemilau ratna mutu manikam ini, mari..kembali kita bersatu hati untuk menghentikan permainan ‘mereka’ itu!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun