Mohon tunggu...
Aurelius Kumara Andradinata
Aurelius Kumara Andradinata Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - SMA Kolese Kanisius

Meemiliki hobi fotografi dan Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Jakarta! Setiap Meternya Berharga

29 April 2024   07:55 Diperbarui: 2 Mei 2024   10:26 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jakarta adalah primadona Indonesia sekaligus sebuah sarang masalah. Jakarta adalah sebuah daerah dataran rendah di salah satu bagian pulau Jawa dan menjadi jantung dari negara Indonesia. Jakarta yang hanya berukuran 661.5 km menjadi tempat berkumpulnya berbagai orang dari belahan negara maritim ini. Sejak 2023, penduduk Jakarta berada di angka 10,6 juta jiwa. Akibat dari hal ini, Jakarta mengalami krisis ketersediaan tanah, kemacetan dan bahkan hingga pencemaran lingkungan. Berbagai masalah bermunculan akibat lonjakan penduduk di Jakarta hingga memengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat. Saat ini masyarakat selalu dihantui oleh berbagai problematika akibat padatnya Jakarta seperti kemacetan, berbagai penyakit akibat pencemaran udara dan permukiman padat yang berbahaya di Jakarta.

Lonjakan penduduk di Jakarta merupakan sebuah masalah yang datang secara perlahan namun pasti. Apabila melihat data dari tahun 1990 hingga 2020, populasi di Jakarta melonjak dari 8.26 juta jiwa menjadi 10.56 juta jiwa. Apabila kita melihat dari faktor lainnya menurut caribencana.id pada tahun 2020, lahan terbuka hijau di Jakarta Timur hingga Jakarta Barat hanya tersisa 0.65% hingga 14.90% dan sisanya merupakan pemukiman warga. Dari masalah yang dihadapi ini, kita bisa menarik kesimpulan mengenai penyebabnya. Faktor yang pertama penyebab masalah ini berkaitan dengan tingkat pendapatan sehingga warga di daerah kecil akan bermigrasi ke kota besar demi penghasilan yang lebih besar. Faktor kedua adalah pembangunan sarana dan prasarana memiliki kualitas yang berbeda di kota kecil dan kota besar seperti pendidikan, kesehatan dan masih banyak lagi. Karena perbedaan ini warga akan cenderung memilih tempat dimana seluruh kebutuhan mereka dapat terpenuhi dengan sarana dan prasarana yang memadai dan kota besar adalah jawabannya. Dari kedua faktor ini dapat diketahui bahwa kepadatan Jakarta terjadi karena adanya migrasi penduduk akibat ketimpangan kualitas ekonomi dan sarana prasarana di berbagai daerah.

Dari kepadatan penduduk yang dialami oleh masyarakat di Kota besar kita harus mengetahui akar masalahnya terlebih dahulu sehingga kita bisa mencari solusi untuk akibat-akibat yang ditimbulkan. Dari masalah lonjakan penduduk ini dapat diketahui bahwa hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor dan juga memengaruhi berbagai faktor. Pertama-tama kita akan melihat dampak buruk kepadatan lingkungan akibat lonjakan penduduk bagi diri kita sendiri. Dampak yang dirasakan oleh banyak orang  karena masalah ini adalah stress dan juga kecenderungan untuk mengisolasi diri yang sering dikaitkan dengan depresi dan gangguan kecemasan. Selain secara mental lingkungan kumuh juga menyebabkan tingkat risiko kematian yang lebih tinggi serta akan mengancam kesehatan fisik kita karena lingkungan kumuh tidak memiliki akses air bersih dan udara yang bersih secara penuh. Sehingga dapat memengaruhi kualitas kesehatan mereka.

Masalah yang kita semua hadapi ini haruslah kita mencari solusinya. Apabila kita melihat masalah ini dari penyebabnya dapat diketahui bahwa masalah ini berasal dari perbedaan pendapatan antar daerah. Jika kita melihat akar permasalahan ini maka hal pertama yang perlu dibangun adalah kinerja dan profesionalitas SDM di daerah tersebut sehingga dapat bersaing di dunia kerja dan mampu untuk membangun lapangan kerja di daerahnya sendiri sehingga dapat mengangkat perekonomian di daerah tersebut. Selain dari solusi itu masyarakat dapat pula melaksanakan pengendalian, pembinaan dan evaluasi pendapatan daerahnya. Selanjutnya dalam mengatasi masalah perbedaan sarana dan prasarana, pemerintah dapat mulai membangun proyek strategis nasional di seluruh kota di Indonesia secara merata dan seimbang sehingga migrasi penduduk dapat berkurang dan penduduk dapat terbagi secara merata di seluruh kota di Indonesia. Dari solusi ini dapat diharapkan bisa memberikan pertumbuhan penduduk yang seimbang sehingga dapat mengurangi kawasan kumuh dan lonjakan penduduk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun