Mohon tunggu...
Aurelius Reinard
Aurelius Reinard Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi Main Sepak Bola

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Menempa Karakter dan Memaknai Kegiatan Selama di Pesantren

18 November 2024   22:47 Diperbarui: 18 November 2024   23:24 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menempa Karakter di Tengah Keberagaman

"Tidak penting apa agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak akan pernah bertanya apa agamamu." (Gus Dur)

Menghidupkan Perjumpaan
Pagi itu, matahari terbit seakan menyambut kami di Pesantren Darul Falah , sebuah tempat sederhana yang penuh kehangatan. Anak-anak santri menyapa kami dengan senyuman tulus, walaupun ada rasa canggung di awal. Kami mengikuti kegiatan mereka seperti mengaji, diskusi, hingga bermain bersama. Dalam setiap langkah, ada perjumpaan yang terasa nyata, bukan sekadar formalitas. Keberagaman tampak begitu indah ketika kami duduk melingkar bersama dan saling berbagi cerita tentang keluarga, impian, dan harapan untuk masa depan. Ada rasa kagum, hormat, dan kebanggaan melihat bagaimana kami, meskipun berbeda, mampu berbicara dengan bahasa yang sama.  Kami bisa mengenal lebih jauh satu sama lain, walaupun memiliki perbedaan dari agama tetapi itu tidak membuat kami saling menjauh. Kami menjadi lebih erat dan bisa saling berbagi pengalaman. Kita juga bisa menjadi mengetahui kultur mereka apa saja dan apa yang mereka lakukan sehari-hari.

Membaur dalam Harmoni
Di sela-sela kegiatan ekskursi, aroma makanan khas pesantren bercampur dengan suara riuh anak-anak yang bermain bola di lapangan kecil. Udara pagi yang sejuk perlahan berubah menjadi hangat, dan matahari siang mulai terasa terik menyengat kulit. Namun, semangat anak-anak santri seolah tak pernah padam. Teriakan penuh semangat mereka memecah keheningan, membentuk irama kebahagiaan yang sulit untuk diabaikan.

Pada saat awal, kami lumayan canggung saat mulai membaur di tengah permainan itu. Awalnya hanya menonton, merasa segan untuk bergabung, tetapi mereka menyambut kita dengan baik dan ramah. Seorang santri sambil melempar bola ke arah kami sambil mengajak kita bermain bola. Tak butuh waktu lama, kami akhirnya bergabung dalam permainan itu, tertawa bersama, dan berbagi kegembiraan tanpa sekat. Dalam setiap operan bola dan setiap sorakan kemenangan kecil, rasa perbedaan perlahan memudar. Kami lupa sejenak pada kesenjangan yang mungkin sebelumnya terasa begitu nyata baik dari segi latar belakang maupun cara hidup kami. Saya merasa kegiatan itu sangat seru dan membuat kami lebih akur dan mengenal satu sama lain.

Keberagaman Sebagai Kekuatan
Keberagaman adalah fakta yang tidak bisa dihindari di Indonesia. Sebagaimana dalam pengalaman ekskursi ini, interaksi kami dengan teman-teman santri menegaskan pentingnya perjumpaan untuk mengikis prasangka. Tidak ada harmoni tanpa kehadiran. Tidak ada rasa percaya tanpa dialog. Membangun harmoni di tengah keberagaman membutuhkan kesadaran kolektif. Sebagaimana dikatakan oleh tokoh nasional Gus Dur, "Tidak penting apa agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak akan pernah bertanya apa agamamu." Quote ini membuat kita menyadari bahwa kita sesama manusia harus saling bersatu tanpa memandang agama, suku, bahasa, dan lain-lain. Hal itulah membuat kita sebagai orang Indonesia bersatu.

Namun, perjumpaan saja tidak cukup. Harus ada kesinambungan dalam bentuk keterlibatan aktif di masyarakat. Pendidikan, seperti yang kami alami melalui ekskursi ini, adalah langkah awal menuju persatuan. Melalui pendidikan, kita bisa mendapatkan berbagai ilmu dan pengetahuan yang baru. Saat kami ke sekolah, kami juga bisa berdinamika dengan santri dan guru disana saat pembelajaran berlangsung.  Pada saat berdinamika, kita menjadi saling mengenal satu sama lain dan bisa saling berbagi cerita. Kita menjadi lebih akur dan lebih mengenal dengan santri-santri yang disana.

Jalan Menuju Harmoni
Dalam bukunya Identity and Violence, Amartya Sen menegaskan bahwa identitas manusia tidak pernah tunggal. Kita semua adalah campuran dari berbagai identitas yang saling melengkapi. Hal ini menjadi pengingat bahwa keberagaman bukan ancaman, melainkan kekayaan.

Ekskursi kami menghidupkan kembali semangat Sumpah Pemuda satu bangsa, satu tanah air, satu bahasa. Dalam waktu singkat, kami belajar bahwa persaudaraan sejati tidak dilahirkan dari kesamaan, tetapi dari penghargaan terhadap perbedaan.

Menghidupkan Nilai-Nilai
Ketika perjalanan ekskursi usai, kami kembali dengan hati yang penuh syukur. Ada banyak pelajaran yang kami bawa pulang, lebih dari sekadar cerita atau kenangan yang bisa dibagikan kepada teman dan keluarga. Ekskursi ini meninggalkan jejak mendalam dalam hati kami, jejak yang tidak mudah dihapus oleh waktu. Bukan hanya tawa, pengalaman, atau persahabatan yang kami rasakan selama beberapa hari tersebut, tetapi juga semangat untuk membangun harmoni di tengah keberagaman, sesuatu yang sebelumnya mungkin hanya menjadi konsep di dalam pelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun