Mohon tunggu...
Aurelia Licca
Aurelia Licca Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswi Ilmu Komunikasi

Proses belajar masih terus ditekuni

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Dunia Jurnalis Dulu dan Kini

17 Februari 2020   07:24 Diperbarui: 17 Februari 2020   07:28 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Era multimedia membuat informasi kini lebih mudah ditemui. Hanya dengan mengunjungi satu portal berita, kita sudah dapat menemukan informasi yang kita perlukan, karena melalui satu portal berita saja sudah memuat informasi dalam berbagai bentuk, misalnya text, video, dan grafis.

Sebelum memasuki era digital, penyebaran informasi kepada masyarakat pernah melalui media offline. Berwal dari isu-isu yang beredar di tengah masyarakat lalu oleh pihak direksi memilah isu mana yang layak untuk naik cetak. Setelah dikumpulkan isu-isu tersebut, maka kini menjadi tugas jurnalis untuk menemukan informasi dengan tepat dan cepat seperti yang diilustrasikan oleh CNN Indonesia di mana para jurnalis menjadi tembok terdepan dalam menemukan informasi yang diperlukan.

Proses peliputan berita

Menurut penuturan salah satu jurnalis, Santo mengatakan bahwa dulu sebelum adanya smartphone kami harus membawa kamera dan alat perekam untuk dapat mengumpulkan informasi yang kami perlukan.

Kini setelah era digital hadir, proses meliput berita lebih mudah dilakukan. Berita dapat langsung dirangkum lalu dikirimkan ke editor melalui e-mail lalu dirapikan oleh tim layout dan terakhir diunggah di portal berita tersebut. Ketika berita tersebut juga akan disajikan dalam bentuk video, maka perlu melewati proses pemilihan video-video yang kemudian diedit untuk menjadi sebuah video berita.

Meskipun proses produksi berita saat ini terlihat lebih ringkas dan mudah. Namun, hal ini justru menimbulkan sebuah kebiasaan buruk yaitu jurnalis kini memilih untuk menulis berita yang asal-asalan sehingga dapat menaikkan trafik. Istilah trafik ini pertama kali dikenalkan oleh Remotivi yang berarti banyaknya sebuah konten diakses oleh pembaca atau pengguna media online.

Jurnalis digital kini lebih memilih untuk menulis berita asal-asalan yang dapat mengundang rasa penasaran dari para pengguna media online daripada menulis berita yang memang sesuai fakta yang berujung pada konten yang tidak dilirik oleh pengguna media online.

Jurnalistik (uihere.com)
Jurnalistik (uihere.com)
Lantas pertanyaannya bagaimana sebuah berita dapat disaring sehingga menjadi konten yang menarik dan penting untuk disajikan kepada pengguna media online?

Hal ini dimulai dari mengubah mindset dari para jurnalis digital. Sebelum memulai liputan atas suatu berita, mereka harus menempatkan diri mereka sebagai pembaca. Apakah berita yang akan mereka angkat memiliki sisi menarik dan penting?

Tentunya tidak semua isu yang akan diangkat memiliki sisi menarik dan penting. Ada isu yang penting tetapi kurang dari segi menarik. Maka perlu dikemas dengan memainkan angle, menambahkan judul clickbait, serta menggunakan padanan kata yang menarik.

Skill yang harus dimiliki

Selain mampu untuk menulis, menurut Sreenivasan & Lavrusik terdapat kemampuan lain yang harus dikuasai oleh jurnalis digital yaitu:

  • Mampu menyampaikan berita dalam bentuk multimedia 

Para jurnalis digital dituntut untuk mampu menyampaikan berita bukan hanya dalam bentuk text saja, tetapi juga dalam bentuk audio, visual, dan bahkan video.

  • Mampu menguasai teknologi

Untuk dapat menyampaikan berita dalam bentuk multimedia, para jurnalis digital tentu harus menguasai teknologi karena hal ini berkaitan dengan software yang digunakan untuk menghasilkan konten multimedia.

  • Mampu memanfaatkan media sosial

Media sosial digunakan oleh para jurnalis digital agar dapat mengetahui isu-isu hangat yang diperbincangkan di masyarakat, mencuri perhatian khalayak atas konten yang Ia buat, dan memiliki hubungan yang lebih dekat dengan pembaca.

  • Membangun komunitas

Para jurnalis digital diharapkan dapat menjadi facilitator dalam sebuah topik yang diperbincangkan, mereka juga diharapkan mampu mengelola komunitas yang telah dibangun.

  • Fokus akan topik yang diberitakan

Sebuah berita dapat dikatakan fokus apabila jurnalis mampu menyajikan berita yang berguna, menghibur, dan tentunya arah pemberitaan tidak melebar ke topik-topik lain.

Simak videonya juga yuk, untuk lebih paham tentang perbedaan dunia jurnalis dulu dan kini 

Jangan lupa untuk mengunjungi Podcastnya juga ya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun