Penyakit Maut Hitam, atau yang lebih dikenal sebagai Black Death pertama kali melanda di Eropa. Wabah ini pertama kali muncul pada tahun 1347 dan berakhir pada tahun 1351. Penyakit ini membunuh hingga 14 juta orang, atau 60 persen dari populasi Eropa. Tidak hanya Eropa, jika termasuk Timur Tengah, India, dan Tiongkok, penyakit ini sudah mengambil nyawa sekitar 75 juta nyawa.
Penyakit ini disebut dengan The Black Death karena penyakit ini menimbulkan gejala yang membuat kulit penderita menghitam yang diakibatkan oleh pendarahan subdermal. Penyakit yang disebut dengan The Black Death, sebenarnya adalah penyakit pes. Para ilmuan yakin bahwa penyakit Maut Hitam disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis. Penyakit ini bisa menyebar melalui binatang, yaitu lalat, kutu tikus, dan serangga.
Penyakit ini mengerikan karena hanya memberi harapan hidup satu minggu pada korban. Penyebaran The Black Death bermula dari serangga atau yang lebih umumnya, kutu. Kutu tersebut terinfeksi karena berkontakan langsung dengan hewan pengerat, contohnya tikus. Tikus yang sudah terkena pes, hanya akan tahan selama sekitar 10 hari. Ketika tikus itu mati, kutu akan pergi ke manusia dan menggigit manusia dan akhirnya tersebar kepada manusia.
Pada abad ke-14, penyakit ini sudah memakan korban hingga kurang lebih 200 juta orang. Bahkan populasi Mesir berkurang sekitar 40 persen. Seperti penyakit yang sedang heboh sekarang, yaitu COVID-19, penyakit The Black Death juga menyerang orang-orang yang mempunyai imunitas tubuh lemah dan orang-orang yang berusia lebih (termasuk fisik).
Akhir kata, penyakit ini merupakan penyakit yang paling menyeramkan di tengah-tengah abad ke-14. Namun, sekarang kita harus fokus kepada penyakit yang sedang melanda di seluruh dunia, yaitu COVID-19. Semoga kita semua sehat selalu. Tuhan memberkati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H