Kurangnya pemahaman soal penanganan kesehatan mental juga diperparah dengan budaya di wilayah tertentu yang masih konvensional. Misalnya, seseorang yang punya isu kesehatan mental, alih-alih ditangani oleh ahli, malah dipasung atau ditelantarkan. Ini tentunya justru memperburuk kondisi mereka. Selain kurangnya pemahaman, hal ini tak jarang juga terjadi karena keterbatasan biaya.
Lalu, bagaimana sebenarnya tanggapan Generasi X hingga Baby Boomers mengenai mental health?
Indra, seorang karyawan swasta berusia 49 tahun menilai kesehatan mental harus segera ditangani sejak dini. Indra yang masuk kategori Generasi X ini mengatakan, jika tak cepat ditangani, masalah kesehatan mental bisa merembet ke masalah lain. Misalnya produktivitas kerja atau interaksi sosial.
"Seseorang yang bermental tidak sehat, tidak dapat menggunakan kemampuan atau potensi dirinya secara maksimal dalam menghadapi tantangan hidup, serta menjalin hubungan positif dengan orang lain. Kesehatan mental menurut saya adalah kondisi batin yang tidak tentram dan tenang, sehingga kita tidak bisa menikmati kehidupan sehari-hari secara normal," kata Indra.
Lain lagi dengan Evy, ibu rumah tangga berusia 47 tahun. Menurut dia, kesehatan mental sangat penting untuk menjaga keseimbangan hidup. Evy mengakui sering merasa tidak percaya diri karena tak lagi menghasilkan uang. Maklum, dulu ia bekerja dan bisa berkontribusi pada keluarga. Kenyataan ini seringkali membuatnya minder dengan suaminya sendiri.
"Aku merasa njomplang banget sama suami, ditambah lagi suamiku awet muda, jabatan oke, dan banyak yang mengidolakannya di kantor. Aku juga belum siap menerima kenyataan kalau aku sekarang tambah gendut, tambah jelek, muka agak jerawatan, dan enggak sekeren dulu," cerita Evy.
Perasaan ini seringkali membuat Evy enggan ikut ke acara kantor suaminya atau bahkan bertemu teman. Namun, Evy tak ingin berlarut dalam perasaan negatif tersebut. Ia menyadari bahwa ia harus lebih menyayangi dirinya sendiri. Istilah kerennya, self love.
"Berpikiran positif, banyak ibadah, dan banyak melakukan kegiatan yang aku suka, terutama belanja." Lanjut Evy.
Bagi Anniati, 60 tahun, tidak ada masalah mental yang dihadapi. Sebagai seorang baby boomers, ia merasa sudah sehat secara fisik dan mental. "Buat seusiaku, aku merasa sehat secara psikologis, emosi, sehat sosial, tidak stres, dan sehat secara finansial. Aku rasa itu lebih dari cukup, apalagi diimbangi sama olahraga yang rutin."
Kesehatan mental memang banyak jenis dan tingkatannya. Cara mengatasi kesehatan mental pun berbeda-beda. Namun, yang terpenting, bukan hanya tahu dan mengerti, yang paling penting kita perlu menjaga kesehatan mental kita dan bagaimana menyikapinya. Selain itu, kita juga harus peka dengan sekitar kita yang memiliki masalah kesehatan mental.
Cara menjaga kesehatan mental yang dapat kita lakukan dengan mudah dan murah adalah dengan  rajin berolahraga, makan makanan yang bergizi dan menyehatkan, belajar untuk mengungkapkan perasaan baik kepada orang lain maupun diri sendiri. Misalnya dengan mengatakan hal-hal positif dan sesuatu yang patut disyukuri kepada diri sendiri. Kita juga harus belajar fokus dan yang terpenting menerima dan mencintai diri kita sendiri. (Halodoc, 2021).