Berikut ini kutipan dalam surat kabar yang ditulis oleh Rahardjo mengenai kemajuan yang dicita citakan oleh Poetri Mardika:
“…Adapoen maksoed kemadjoewan itoe kalau tiada salah, jaitoe: menoentoet segala kepandaian kala bisa menoentoet kepandaiannja lain bangsa, setidak-tidaknja sendiri bisa sempoerna soedah baik dan bagoes”
Maksud dari kutipan surat kabar yang ditulis oleh Rahardjo adalah dalam organisasi Poetri Mardika mengenai kemajuan yang dicita-citakan untuk kaum perempuan dituntut berkembang menjadi lebih pandai yang tidak untuk dirinya sendiri namun untuk bangsa
Dampak pergerakan Organisasi Poetri Mardika terhadap kondisi sosial dalam ruang lingkup perempuan pada tahun 1912-1919 adalah keberhasilan Poetri Mardika pada tahun 1917, dimana pada saat itu kaum perempuan diperbolehkan untuk bersekolah dan bekerja sesuai cita-cita yang mereka inginkan yang membuat perempuan menjadi lebih maju dan membuka pikiran terhadap adat istiadat yang berlaku dalam lingkungan masyarakat yang merugikan pihak kaum perempuan.
Sekolah-sekolah khusus bagi kaum perempuan secara lambat laun bermunculan, salah satu contohnya adalah Kartini Fonds yang didirikan pada tahun 1913 yang menjadikan perempuan mendapatkan pendidikan dan menjadi lebih maju. Pada tahun 1918, pemerintah juga mendirikan sebuah Sekolah Guru (Kweekschool) untuk guru-guru perempuan di Salatiga.
Poligami, kawin paksa, perkawinan anak di bawah umur, dan permasalahan perempuan lainnya sudah mulai berkurang. Secara lambat perempuan mulai berjuang dan bangkit untuk melawan dan menghilangkan kebijakan pemerintah kolonial.
Poetri Mardika telah berhasil membuat perempuan Indonesia menjadi maju dan berperan aktif dalam berbagai bidang di Indonesia maupun dunia Internasional dengan segala upaya yang dilakukan.
Dengan demikian, perluasan gerakan perempuan di Indonesia tidak dapat dipungkiri bahwa kaum perempuan telah mengambil peran penting dalam perjuangan perjalanan bangsa.
Perkembangan perjuangan perempuan Indonesia sering mengalami pasang surut. Organisasi Poetri Mardika sangat berjasa dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dalam bidang pendidikan yang membuat perempuan mampu bangkit untuk melawan dan menghilangkan kebijakan pemerintah kolonial yang membatasi ruang lingkup perempuan.
Walaupun pada akhirnya Poetri Mardika bubar pada tahun 1919 karena persoalan keuangan. Namun, keberadaannya berkembang dan meluas untuk terbentuknya organisasi perempuan sejenis.
Sumber:
- Diniyanti, R. (2020). Potret gerakan perempuan pada abad ke 20 di Batavia: Poetri mardika 1912. HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, 3 (2). 2020. 135-144, DOI: https://doi.org/10.17509/historia.v3i2.23001.
- Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia V, (Jakarta: Balai Pustaka,1993), h. 243.
- Siwi Tyas Fheny Cahyani, Dkk,” Perjuangan Organisasi Perempuan Indonesia Menuntut Hak Pendidikan Pada Masa Kolonial Belanda Tahun 1912-1928”, 2015. No I. h, 11.