Harley-Davidson, perusahaan motor legendaris yang dikenal dengan reputasinya, kini menghadapi ancaman besar di era digital. Peretas berhasil menembus sistem keamanan pusat data mereka, berpotensi mengekspos data pribadi milik sekitar 66 ribu pengguna. Insiden ini memunculkan kekhawatiran serius terkait keamanan data pelanggan dan menjadi pengingat pentingnya penguatan keamanan siber.
Detail Peretasan
Serangan ini dilaporkan terjadi pada awal tahun 2025. Hacker berhasil menyusup ke sistem IT Harley-Davidson dan diduga mencuri data seperti nama lengkap, alamat, nomor telepon, dan riwayat transaksi pengguna. Meski informasi finansial seperti data kartu kredit belum dipastikan terdampak, insiden ini tetap memicu kekhawatiran besar.
Dalam pernyataan resmi, Harley-Davidson menyampaikan permintaan maaf kepada pelanggan yang terdampak serta penyesalan mendalam atas insiden yang terjadi dan menegaskan kembali komitmen perusahaan untuk segera mengambil tindakan guna melindungi data pelanggan.
Perusahaan juga menekankan bahwa pihaknya tengah bekerja sama dengan pakar keamanan siber dan pihak berwenang untuk menyelidiki kasus ini. Upaya mitigasi sedang dilakukan untuk memastikan kejadian serupa tidak terulang.
Dampak bagi Pengguna
Pengguna Harley-Davidson kini menghadapi risiko penipuan daring, serangan phishing, dan potensi pencurian identitas. Sebagai upaya mitigasi, perusahaan menawarkan layanan pemantauan identitas gratis selama satu tahun untuk pelanggan yang terdampak. Pengguna juga disarankan memeriksa aktivitas mencurigakan pada akun dan segera melaporkan jika ada hal yang tidak wajar.
Para ahli keamanan juga mengingatkan bahwa data pribadi yang bocor dapat digunakan oleh pelaku kejahatan dalam waktu lama. Oleh karena itu, pengguna diharapkan tetap waspada dan mengikuti panduan keamanan dari Harley-Davidson.
Keamanan Siber yang Dipertanyakan
Insiden ini menyoroti pentingnya sistem keamanan yang kuat di tengah maraknya ancaman digital. "Perusahaan besar harus terus memperbarui strategi keamanan mereka untuk mencegah serangan seperti ini," ujar seorang pakar keamanan siber.
Pakar juga menekankan bahwa sistem enkripsi data yang lebih canggih dan pelatihan karyawan untuk mengenali potensi ancaman adalah langkah penting dalam memperkuat perlindungan. Tidak hanya itu, perusahaan juga perlu melakukan simulasi serangan siber secara berkala untuk menguji kesiapan sistem mereka.