Mohon tunggu...
Antonius Manan
Antonius Manan Mohon Tunggu... Guru - Penulis, Guru Penggerak, Ketua Lembaga Adat wilayah Pakala Tana Toraja, Pemerhati Sosial Budaya.

Jadikan setiap tempat adalah sekolah dan setiap orang adalah guru.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pakala, Sejarah Peradaban yang Tersembunyi: Dari Masa Tomanurung hingga Topada Tindo

25 April 2024   14:12 Diperbarui: 25 April 2024   22:12 1090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Tongkonan Paken/dok. pri


Land of king... Itulah julukan yang tepat buat Tana Toraja, negeri asal para raja yang dulu memerintah disepanjang jazirah  Sulawesi Selatan, Indonesia.  dikenal dengan keindahan alamnya yang memesona serta keberagaman budaya adat istiadat yang kaya.
Ditengah perbukitan yang hijau terdapat sebuah desa yang memancarkan pesona kebudayaan yang unik mempesona namun sakral yaitu PAKALA. Kali ini kita akan menjelajahi jejak sejarah masyarakat adat dan perjalanan kebudayaan yang telah membentuk identitas unik Pakala. Siapkan kopi hangatnya dan ayo kita mulai...

 Asal usul dan pembentukan masyarakat Pakala
Menelusuri asal usul kampung Pakala mengantarkan kita pada sosok legendaris, tokoh kharismatik nan sakti, toullepong pindan padang ri Pakala yang diwarnai keajaiban keajaiban, dan membicarakan Pakala tidak akan bisa dipisahkan dari dirinya, beliau adalah Puang PASA'PANGAN.
Pasa'pangan adalah cucu langsung dari Tomanurung di Langi' Puang Tamboro Langi' (menurut mistisisme Toraja Puang Tamboro Langi' merupakan manusia yang turun dari langit). Sebagian sudah saya jelaskan dalam artikel sebelumnya yaitu Gen Para Dewa : Menelusuri Jejak Genetik Suku Toraja Dari Langit. Dialah pembawa aluk sanda saratu' atau ajaran yang menyempurnakan ajaran sebelumnya yang bernama aluk Sanda Pitunna yang dibawa oleh Tandilino dari Banuapuan, Mengkendek, Tana Toraja. Dalam silsilah Pasa'pangan beliau adalah cucu dari pembawa aluk Sanda Saratu' dengan urutan sebagai berikut :
Tomanurun Tamboro Langi' menikah dengan Sanda Bilik dari palung sungai Sa'dan kemudian melahirkan Delapan orang anak, dua kembali ke langit mengikuti jejak ayahnya, dua kembali kedalam air mengikuti ibunya dan empat yang tinggal di daratan, keempatnya adalah
      1. Puang Tomembuli Buntu
      2. Puang Mesok
      3. Puang Sandaboro yang menikah dengan To Bu'tu Ri Pattung ( Manusia yang muncul dari dalam Bambu di gunung Sinaji) yang                 melahirkan Lakipadada.
Baca Trah Lakipadada: Menyingkap Tabir Asal Usul Raja-Raja di Sulawesi Selatan, Sejarah yang Terabadikan
      4. Puang Papai Langi'  ke Gasing dan menikah dua kali antara lain dengan Puang Allo Anginan yang melahirkan :
              1. P Paetong
              2. P Toding
              3. P Panggeso
              4. P Landek
Puang Papai Langi' juga menikah dengan Puang Tumba' Sarambunna melahirkan :
         1. P. Samang
         2.P. Pasa'pangan
         3. P. Bambiri Lemo
         4. P. Tomemanuk
         5. P. Indo' Sarambunna
         6. P. Bangke Barani
         7. P. Darra' Matua
         8. P. La'la
Pada akhirnya keturunan P Papai Langi' menyebar ke berbagai daerah di Toraja. Mereka menempati tempat sesuai dengan kondisi dan peristiwa sosial politik masyarakat kala itu. Masing masing membawa dan meneruskan ajaran yang mereka terima dari orang tua serta leluhurnya yakni Aluk Sanda Saratu' yang sebelumnya di bawa oleh Tomanurun Tamboro Langi' di gunung Kandora yang merupakan simbol religiositas dan pemerintahan dengan corak hinduisme. Gunung Kandora kemudian menjadi simbol yang dikeramatkan karena berawal dari tempat ini penyebaran aluk sanda saratu' ke seluruh wilayah Tondok Lepongan Bulan Tana Matarik Allo di mulai.para penganjur aluk (agama) ini melakukan berbagai upaya demi suksesi ajaran baru menggenapi ajaran sebelumnya yaitu Aluk Sanda Pitunna yang dibawa oleh tokoh sentralnya Puang Tandilino di Banua Puan, Marinding, kecamatan Mengkendek, Kabupaten Tana Toraja saat ini.
Dikisahkan bahwa setelah menerima petunjuk dari penguasa alam semesta yaitu Puang Matua maka Pasa'pangan bersama saudaranya yang bernama Landek melakukan perjalanan ke arah timur atau matahari terbit bersama dengan pengikutnya yang baik dan  setia yaitu Kadondi'.
Akhirnya mereka tiba di sebuah tempat yang dinamakan Balulang. Ditempat ini dibangunlah tempat tinggal dan mendiaminya beberapa waktu lamanya sebelum berpindah ke daerah baru yang bernama Su'pi.
Penyebaran aluk Sanda Saratu'.
Su'pi adalah sebuah bukit hijau, terletak sekitar 15 kilometer dari Tongkonan layuk Kaero di Sangalla'. Kaero merupakan pusat pemerintahan Palodang (Raja raja yang memerintah Sangalla'). Ketiganya menempati Su'pi sambil membangun pertahanan terhadap gangguan dari luar karena pada masa itu terjadi persaingan kekuasaan dari penguasa terdahulu yaitu para Arroan yang tetap memelihara aluk Sanda Pitu dengan keturunan Puang Tamboro Langi' yang membawa peradaban baru, aluk Sanda Saratu'.
Konsensus wilayah kekuasaan
Kedua putra Papai Langi' ini memiliki karakter dan kebiasaan berbeda. Pasa'pangan adalah seorang visioner, Hingga pada suatu waktu Landek bertanya kepada kakaknya yaitu Pasa'pangan perihal dirinya jarang melihat kakaknya di rumah dan Pasa'pangan menjawab bahwa dirinya jarang berada di rumah karena ia suka berkelana dari satu daerah ke daerah lainnya dan beliau sudah menemukan daerah kekuasaannya yang baru yaitu PAKALA yang berpusat di Malimongan.
Malimongan
Sebuah perbukitan yang beririsan dengan gunung Sinaji dan anak gunung Latimojong, gunung tertinggi di Sulawesi Selatan yang menyimpan misteri alam yang belum terpecahkan hingga menimbulkan cerita cerita rakyat yang melegendaris. Dari gunung Malimongan inilah Pasa'pangan menancapkan panji kekuasaannya ke seantero wilayah Pakala.
Beliau yang ullepong pindan Padang ri Pakala (membuka dan mendirikan perkampungan Pakala)
Beliau pula yang langsung menamakan Pakala yang kurang lebih bermakna pencarian atau penelusuran untuk mengungkapkan hakekat sesuatu. Berbagai kisah ajaib yang mengitari awal Pasa'pangan mendiami daerah kekuasaannya ini antara lain ketika membutuhkan air maka hanya memukul dinding tiang utama rumah atau cukup menjejakkan kaki ke tanah maka air muncul tiba tiba. Bukti yang masih terlihat hingga sekarang adalah sumur, batu yang dibuat untuk tiang rumah, dan benteng disekitar lokasi tongkonan.
Pasa'pangan berhasil menata daerah ini dengan cara yang bersumber dari ajaran pendahulunya. Ia meletakkan dasar adat istiadat yang kuat yang menjadi aturan tidak tertulis namun sakral dan dipatuhi oleh generasinya dari waktu ke waktu. Pasa'pangan menikahi seorang wanita yang kemunculannya dari bambu besar disekitar Pakala dan dianugerahi beberapa anak antara lain :
    1. Allo Bulawan
    2. Tangnga Rara'
     3. Mo'ne'
Kehidupan ekonomi Pasa'pangan begitu mapan karena ia memiliki banyak penggembalaan kerbau, sawah dan emas, inilah yang merupakan simbol kekayaan masyarakat Toraja pada jamannya yang nantinya menjadi cikal persaingan antara Pasa'pangan dengan saudaranya, begitupun dengan konstalasi politik saat itu dimana Pasa'pangan didukung oleh koalisi penguasa arruan yang dipimpin oleh Embong Bulan dari Tangsa.
Perseteruan dengan Landek adeknya ini mencapai puncaknya saat hampir saling berperang namun cepat didamaikan dengan membuat basse atau perjanjian batas batas wilayah kekuasaan beserta kewenangan didalamnya.
Perjanjian dilakukan disebuah tempat yang bernama Sese'. Dalam ritual tersebut terdapat kerbau yang oleh Pasa'pangan memegang bagian  kerbau sedangkan Landek menyentuh bahu kerbau sementara kadondi' bertindak sebagai saksi sambil menarik tali kerbau sementara para Tominaa membacakan doa doa yang sakral,  tercapailah
Perjanjian antara Pasa'pangan dengan Landek yang dikenal dengan basse borisan rinding. Isi perjanjian ini memuat beberapa point penting antara lain:
1. Mereka akan saling melindungi hingga keturunannya (Totang sipairi'i angin tang sipasimboi darindin)
2. Mengakui kedaulatan wilayah kekuasaan masing masing
3. Baik keturunan Landek dan Pasa'pangan saling menyapa sirengnge' dan atau Pake. Kalau keturunan Landek menyapa sirengnge' kepada keturunan Pasa'pangan maka gelar pake yang dipakai keturunan Pasa'pangan untuk menyapa keturunan Landek atau sebaliknya.
4. Status kebangsawanan keduanya (Pasa'pangan dan Landek) adalah sederajat atau setingkat (Tositiko)
5. Saling menjaga tapal batas daerah kekuasaannya (tangla siberu katonan

Adapun Kadondi' dan keturunannya tetap menjaga kesetiaan kepada Landek dan Pasa'pangan.


Adat istiadat Pakala
Aluk yang merupakan bagian tak terpisahkan dari setiap pribadi orang Toraja (aluk sipori kale) dan ada' sebagai patokan dalam mengatur kehidupan sosial masyarakat senantiasa dijunjung tinggi dan diteruskan ke setiap generasi tidak terkecuali masyarakat adat Pakala. Dalam menjaga perilaku kehidupan dan menata kehidupan bermasyarakat dikenal ritual Rambu Tuka' dan Rambu Solo'. Rambu Tuka' adalah upacara keagamaan yang digelar sebagai bentuk terima kasih dan ucapan syukur kepada Puang Matua (Tuhan, Dewata) dan Rambu Solo' adalah ritus yang diadakan untuk orang mati
Agar rohnya dapat mencapai puya (alam akhirat) dan menjadi pelindung bagi keluarganya yang masih hidup (membali puang). Adapun aturan ritual tersebut disesuaikan dengan kasta atau stratifikasi sosial pelaku acara, khusus mengenai tingkatan sosial ini memiliki persamaan dengan tingkat masyarakat Hindu di negara India, hingga saat ini masih dalam penelitian tentang keterkaitan sejarah dan budaya kedua darah yang berbeda Stratifikasi sosial yang dimaksud antara lain :
1. Tana' Bulaan (Pasak emas) yaitu Kasta bangsawan yang dulunya memiliki wilayah kekuasaan yang besar dan harta kekayaan yang banyak. Kelompok ini meliputi : Puang, Ma'dika, Sirengnge', Pake, Sanenek, Siambek, Sindo'
2. Tana' Bassi (Pasak Besi) atau biasa disebut Tomakaka, Kasta bangsawan yang wilayah kekuasaannya tidak seluas kasta Tana' Bulaan.
3. Tana' Karurung (Pasak kayu) meliputi masyarakat biasa
4. Tana' Kua kua yaitu kelas masyarakat yang bertugas untuk mengabdi kepada kedua tingkatan sosial diatas yaitu tana' Bulaan dan tana' Bassi.
Pada masyarakat Pakala ketika mengadakan ritual Rambu Tuka' mupun rambu Solo' dapat mengadakan upacara tertinggi misalnya merok untuk peresmian rumah adat pada ritus rambu Tuka' selain itu dapat mengadakan upacara rapasan atau aluk rapasan yang merupakan upacara tertinggi untuk rambu Solo' dimana jenasah ditempatkan pada sebuah tempat bernama lakkian dan diletakkan di tengah lapangan tempat upacara berlangsung, Hal ini dikuatkan secara adat atau memiliki legal standing pelaksanaan upacara adat. Tokoh sejarah pada masyarakat adat Pakala yang memerintahkan pelaksanaan adat tersebut adalah puang Pabulang dan Ma'dika Nawan. Pabulang berasal dari Tongkonan layuk Kaero Sangalla' dan menikah dengan penduduk asli Pakala yaitu Ma'dika Paotingan, beliaulah yang membawa aluk kapuangan ke Pakala meskipun bangsawan di Pakala tidak menggunakan gelar puang sedangkan Ma'dika Nawan masuk ke Pakala membawa aluk Ma'dika yang kurang lebih sama dengan aluk puang.
Pakala adalah salah satu daerah yang berada dalam persatuan adat dengan tongkonan layuk Kaero di Sangalla' yang dikenal dengan istilah duang pulo a'pa' sereala penanian atau dengan kata lain Pakala adalah salah satu dari dua puluh empat wilayah adat Sangalla'.
Setiap wilayah adat pada suku Toraja memiliki Tongkonan yang memiliki fungsi sebagai alat pemersatu rumpun keluarga dan sebagai sumber aturan dan etika dalam masyarakat. Namun demikian Tongkonan memiliki jenis dan fungsi yang membedakannya dengan tongkonan yang lain yaitu:

     1. Tongkonan layuk
     2. Tongkonan Kaparengesan
     3. Tongkonan pekamberan atau pekaindoran
     4. Tongkonan batu ariri
     5. Tongkonan/ Banua pa'rapuan.
seperti halnya pada masyarakat adat Pakala terdapat beberapa tongkonan yang dulunya sebagai pusat pemerintahan pada wilayah adat Pakala meliputi
Tongkonan Kaparengesan :
        1. Tongkonan Pangkali
        2. Tongkonan Pamborrong
        3. Tongkonan Paken
Tongkonan Petulak (penopang tongkonan Kaparengesan) seperti Tongkonan Papa Kayu Tongkonan Se'pon, Tongkonan Buntu, Tongkonan ulu Kalo', Tongkonan Lo'ko', Tongkonan Paken yongan, dll, khusus mengenai jumlah dan keberadaan tongkonan di Pakala hingga kini masih dalam penelusuran penulis.
Dalam tradisi dan kepercayaan masyarakat Pakala diyakini bahwa Pasa'pangan pada akhir hidupnya diangkat oleh Langkan Maega atau burung Garuda dan hilang dalam awan awan, mirip kehidupan masyarakat India kuno dan Jawa klasik tentang Moksa karena pada masa itu keyakinan yang berkembang pada suku Toraja adalah aluk Todolo yang lebih mirip atau mungkin menerima pengaruh Hindu.


Pakala pada masa Topada Tindo
Abad 16 Masehi, Sebuah kisah heroik yang terjadi pada daerah Lepongan Bulan Tana Matarik Allo atau suku Toraja yaitu perjuangan melawan musuh yang datang hendak menguasai Toraja dalam hal ini kerajaan Bone yang ingin memperluas wilayah kekuasaannya dan hendak menjadi kerajaan utama di Sulawesi Selatan dibawah pimpinan Aru Palakka. Tidak terkecuali Toraja masuk dalam ambisi arung Bone untuk dikuasai. Pong Kalua' yang merupakan inisiator sekaligus ahli strategi perang mengumpulkan semua tokoh maupun perwakilan setiap daerah di Toraja untuk mengusir pasukan Bone kala itu. Hadir dalam musyawarah besar itu seorang ksatria dari Pakala yang bernama Garemo menyatakan tekad membela tana air Toraja. Mereka sepakat membangun kekuatan bersenjata dan disebut sebagai Topada Tindo Tomesa' Pangimpi untulak buntunna Bone ullangda' Sendana Bonga yang melahirkan slogan yang hingga kini dipegang oleh masyarakat Toraja modern yaitu : Misa' kada dipotuo pantan kada dipomate yang bermakna pentingnya persatuan dan kesatuan yang kuat.
Untuk lebih jelasnya tentang Pakala dan sejarahnya maka kita dapat membaca dalam buku saya yang akan terbit dengan judul  PAKALA, PERADABAN DALAM TINTA SEJARAH : DARI MASA TOMANURUN DI LANGIT HINGGA ZAMAN PERANG KOPI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun