Mahasiswa ITB menolak jokowi adalah sebuah kisah bulan ini. Sebentar lagi akan sirna tapi ternyata pujian dan hujatan belum berhenti kepada mereka. Ini adalah sebuah rekam sejarah yang luar biasa. Mungkin tidak akan terulang lagi beberapa puluh tahun ke depan.
Bayangkan persepsi yang ada di masyarakat. Mahasiswa Institut Teknologi Bandung mengusir Jokowi dari kampusnya. Sebuah kampus yang konon tempat berkumpul segmen tercerdas dari bangsa ini. Institut Teknologi Terbaik dari sabang sampai Merauke. Kampus tempat Soekarno, Proklamator RI, dididik. Kampus yang menjadi mimpi dari jutaan pelajar Indonesia. Masyarakat masih percaya pada kesakralan ITB (Meski katanya rankingnya kalah dibandingkan UGM). Jadi kalau anda berjalan di kota Bandung, kemudian ditanya dari kampus mana, anda menjawab “ITB” maka waktu seperti berhenti berjalan, burung berhenti berkicau, angin berhenti berhembus (Ini majas hiperbola). Kampus yang mahasiswa dan mahasiswinya jadi idaman calon mertua. Ada beberapa orang yang mensyaratkan pasangan hidupnya harus ITB (meski tidak sebanyak orang yang mensyaratkan pasangan hidupnya harus dokter). Dengan segala kehebatan itu (Kampus yang ternyata tidak sedahsyat image itu, setelah saya masuk ke dalam), ITB mengusir calon presiden bernama Jokowi.
Kira-kira bagaimana pandangan masyarakat? Ditambah image “tidak pintar” yang terlanjur melekat pada jokowi (Gara-gara debat nya dengan pejabat jawa tengah dulu).Semua pendukung jokowi akan takut muncul pendapat “Para orang pintar dari bangsa ini ternyata tidak suka jokowi”. Bayangkan pak RT dan ibu PKK yang besok paginya membaca Koran dan ada berita jokowi diusir dari ITB. Kira-kira apa yang akan muncul di benak mereka? Yang paling mengerikan adalah bahwa muncul kesimpulan Jokowi ditolak orang “pintar” maka Jokowi adalah capres “bodoh”. Masyarakat akan takut Indonesia dipimpin orang bodoh. Saya kira wajar bila jasmev (pendukung jokowi) panik.
Jika saya lawan politik jasmev, saya akan goreng isu ini. Saya simpan link berita pada bookmark. Print, cetak banyak, Lalu saya sebar ke tetangga-tetangga. Buat isu ini menyebar di masyarakat. Buat berita ini jadi bahan diskusi mereka saat beli telur di pasar, saat bayar iuran listrik, saat ibu-ibu beli sayur, saat mang tukang sayur nagih hutang. Ini berita yang seksi dan tidak biasa. Kalau berdasarkan buku “tipping point”, isu ini cukup syarat untuk menjadi word of mouth, atau menjalani fenomena ketok ular. Dan ternyata terbukti. Ketika saya sedang beli lauk makan siang, orang di warung ngomongin berita ini bahwa Jokowi diusir dari ITB. Adik dari Ibu saya yang umurnya sudah paruh baya pun membahas ini.
Jika saya pendukung jasmev saya akan melakukan hal apapun untuk mencegah berita ini menyebar. Saya akan menekan KM ITB terus menerus sehingga mereka minta maaf (KM ITB =Keluarga Mahasiswa ITB, semacam BEM(Badan Eksekutif Mahasiswa)). Saya akan galang dukungan alumni untuk mendeklarasikan alumni ITB dukung jokowi. Bulan depan Hatta Rajasa mau datang, akan saya sindir mahasiswa supaya mereka menolak juga. Saya akan angkat berita tahun kemarin bahwa jokowi diterima di kampus lain. Saya akan giring opini bahwa bukan maksud mahasiswa mengusir. Saya akan bandingkan jumlah mahasiswa yang menolak dan mendukung jokowi. Wajar bila semua daya upaya dikerahkan untuk membendung isu “ITB usir Jokowi”. Upayanya lebih keras dibandingkan membendung isu Jokowi Zionis. Saya rasa itu semua layak dicoba tapi harus bersiap kecewa. Isu “ITB usir Jokowi” lebih berat dibandingkan isu zionis. Mungkin sama beratnya dengan isu Jokowi tidak bertanggung jawab menyelesaika amanah Jakarta.
Mau galang seribu alumni ITB dukung jasmev pun ga akan mempan karena mahasiswalah ikon perjuangan dan perlawanan, bukan alumninya. Mau usir hatta rajasa dan sekian lusin capres lain pun tidak berguna, karena tak peduli ITB usir siapa, yang jelas jokowi sudah ditolak ITB. Mau bikin berita “KM ITB menyesal” pun ga berguna. Karena berita itu tak semenarik “ITB Usir Jokowi”. Sama juga dengan membuat berita ITB mengundang jokowi dengan disambut karpet merah dan tarian serta makan makanan korea. Berita itu tidak menarik. Karena capres masuk kampus itu biasa. Capres diusir dan didemo barulah menjadi berita luar biasa. Jadi ini berita yang terlanjur panas dan sulit dikoreksi. Sama seperti berita penculikan mahasiswa zaman orba. Beberapa mahasiswa sebenarnya sudah dipulangkan. Tapi toh yang jadi berita sampai sekarang adalah mahasiswa zaman orba diculik bukan mahasiswa korban penculikan dipulangkan
“ITB Usir Jokowi” adalah peristiwa sejarah. Sebuah celah sejarah yang disambut oleh KM ITB. Sebuah kedutan dari garis sejarah yang datar. Meski tidak seheboh tragedi semanggi tahun 1998, tapi perisiwa pengusiran ini akan kita ingat dalam watu lama. Mungkin juga masuk dalam buku sejarah KM ITB yang biasa disebar ke mahasisawa baru. KM ITB yang saya rasa netral, telah memberikan pukulan telak pada jasmev dkk. Sekaligus mengambil posisi siap menjadi musuh jasmev dan media.. Aksi demonstrasi pertama pengurus KM ITB sekarang dan langsung menjadi berita nasional lalu dicemooh jasmev adalah beban yang teramat berat. Tidak sembarang pundak yang dapat memikulnya, apalagi pundak mahasiswa tingkat 4 berumur 20an tahun. Yang baru kemarin lulus SMA dan kini banyak diserang sana sini oleh jasmev. Maka pernah saya mengatakan bahwa saya salut dengan keberanian mereka. Saya mungkin tidak akan seberani itu. Bayangkan bagaimana mereka menjalani kuliah, menghadapi tatapan kawan dan dosen. Mungkin inbox facebook nya diteror jasmev. Dikirimin SMS kaleng ke HP nya. Orang tuanya di kampung bertanya “Nak kamu usir jokowi dari ITB?” Mungkin ya. Melihat beban mereka seperti itu, saya lebih memilih mendukung dan membela KM ITB.
Sejujurnya saya ga suka Jokowi, ga suka dengan jasmev dan akhlak mereka di mesia sosial, yang membuat ketidaksukaan saya makin berat pada Jokowi. Meski pilihan politik bisa berubah. Tapi artikel ini tidak bertujuan membahas itu. Artikel ini ingin mengatakan dukungan dan apresiasi terhadap KM ITB atas keberaniannya. Sementara Benar dan salah itu nomor dua. Dalam islam ada filosofi penghargaan terhadap pendapat seseorang. Dalam ijtihad fiqih misalnya, yang benar ijtihad nya dapat pahala dua, yang salah dapat pahala satu. Jadi tidak ada yang berdosa. Saya ingin mengatakan KM ITB yang sekarang, anda hebat. Anda Luar biasa. Angkat topi deh untuk kalian.
KM ITB yang aksi kemarin, itu sah secara AD ART. Mereka dipilih oleh massa kampus. Mereka mendapat mandat titipan suara dan aspirasi dari massa kampus ITB yang memilih mereka. Maka suara mereka adalah mewakili seluruh mahasiswa ITB. Itulah cara karja demokrasi. Alumni silahkan menonton saja, atau buat KM ITB sendiri. Menghukum mereka tidak dengan intimidasi, tapi dengan kotak suara. Tahun depan jangan pilih lagi (Sebenarnya ga bisa dipilih lagi, kan udah lulus).
Jadi mari hentikan cercaan kepada KM ITB. Saya miris melihat komentar-komentar yang beredar di media sosial. Kasar dan tidak beradab. Kalau jasmev ya biar saja, mungkin memang karakternya begitu. Tapi ini ada beberapa alumni, yang saya kenal ikut-ikutan mencerca. Bahasanya bukan seperti kakak terhadap adik. Ataukah mungkin mereka anggota jasmev? Kalau ternyata jasmev ya mungkin memang harus dibiarkan saja.
Kesimpulannya kalau tidak sependapat, silahkan, tapi ayo gunakan adab.
Rio Aurachman
Alumni ITB angkatan 2007
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H