by : Ki Suki + Ayu Indah Lestari (no 077)
Setiap pagi, Dea, gadis penjual bunga di depan rumahku, selalu datang ke rumah untuk mengantarkan bunga mawar putih yang dipesan ibu. Aku selalu melihatnya saat dia menaruh bunga itu di depan pintu rumah. Itu berlangsung sejak 6 bulan yang lalu. Dan selama itu juga aku hanya tahu namanya Dea, itupun aku dengar dari ibuku. Pagi itu aku tidak melihat Dea mengantarkan bunga mawar putih kesukaan ibu. Siangnya ibu menyuruhku mengantarkan makanan ke rumah Dea dengan menyertakan alamat dan petunjuknya. Rasanya tidak jauh. Aku bisa jalan kaki ke sana. Sesampai di rumah Dea, aku disambut oleh seorang ibu, ibunya Dea. "Bu, Dea ada?" "Ada. Ini nak Bagus ya?" Aku mengangguk. Ibu Dea mempersilahkan aku duduk di ruang tamu yang sederhana. Aku memberikan rantang kepada ibu Dea. Dia masuk. Aku tak perlu menunggu lama, ibu Dea sudah kembali. "Dea sedang sakit, tapi tidak apa-apa. Ibu sudah memanggilnya." Benar juga. Tidak lama setelah itu, Dea muncul. Wajahnya sedikit pucat. Entah mengapa terbersit rasa sedih dan simpati dalam hatiku. "Cepat sembuh ya." Aku tidak tahu apa lagi yang harus kukatakan. "Terima kasih mas Bagus." Ah! Ternyata dia sudah mengenalku. Ada rasa senang yang tak bisa kuungkapkan. Pertemuan dengan Dea membuatku seperti melihat ribuan bunga persis seperti bunga-bunga yang ada di depan rumah gadis itu. Tiga hari ini, aku tidak melihat Dea mengantarkan bunga di depan rumahku. Ada sebuah rasa kehilangan dalam hatiku. Aku tidak mengerti rasa apa yang sebenarnya terjadi. Setiap aku melihat gadis itu mengantarkan bunga di depan rumah, aku merasa begitu dekat. Dan kini, tiga hari aku tidak melihatnya, aku seperti tidak melihatnya tiga tahun lamanya. Ada perasaan yang tak bisa aku mengerti. Entah mengapa aku ingin sekali berlari ke rumah Dea. Tidak hanya ingin melihat bunga-bunga beraneka warna yang tumbuh di depan rumah itu. Aku ingin bertemu dengan gadis pengantar bunga yang telah memberikan rasa rindu. Aku melangkah sambil menetapkan hatiku. Hari ini aku harus bertemu dengannya. Di depan pintu, ada sebuah bingkisan yang membuat aku menghentikan langkahku. Bingkisan kecil yang menarik hatiku. Warnanya merah, warna kesukaanku. Hiasannya bunga-bunga kecil dengan garis-garis biru glow yang membuatku tak bisa memalingkan mataku, terlebih setelah aku membaca ada namaku di sana. Kuambil bingkisan itu. Benar! Bingkisan ini untukku. Dari Dea. Wow! Hati tergetar. Ada apa ini? Aku segera membuka bingkisan itu. Sebuah coklat rasa kacang favoritku! Eh, Ada sebuah pesan singkat. Mas Bagus, Hari ini aku dan mama memasak es buah dan kue-kue. Aku harap mas Bagus bisa datang nanti sore. Salam, Dea Aku melihat kalender. 14 Februari! Ini hari kasih sayang. Hampir saja aku berteriak kegirangan, kalau saja mama tidak menegurku. "Bagus, apa kamu sudah menyiapkan hadiah hari kasih sayang untuk seseorang?" Eh! Kok tumben mama bertanya begitu? Tidak pernah mama bertanya seperti itu. Ataukah mama sudah tahu kalau aku menyukai Dea, gadis pengantar bunga yang setiap hari kuperhatikan? "Bagus, sudah waktunya kamu membuka hatimu untuk seseorang." Aku tertunduk. Bukan karena kalimat mama yang terakhir, tetapi pada pertanyaan mama dan undangan Dea nanti sore. Aku belum menyiapkan hadiah apa-apa. Ya! Masih ada waktu untuk membeli hadiah istimewa dan aku harus bergegas. Aku ingin hari ini menjadi hari istimewa yang menjadi kenangan indah di hari-hari mendatang.aku bergegas menuju toko bunga terdekat dan berniat membelikan Dea seikat bunga Lily putih,yah…meskipun dia gadis penjual bunga,ku rasa dia tak akan menolak jika aku memberinya seikat bunga lagi. Setelah membeli bunga,aku menuju toko coklat…yah,aku ingin membelikan Dea coklat…coklat putih kesukaan Dea.. Waktu yang ku tunggu akhirnya tiba,tepat tanggal 14 februari hari yang ku nantikan….aku bersiap akan menuju ke rumah Dea,ku kenakan pakaian terbaikku dan bergegas menuju rumah Dea.. Dengan pelan ku ketuk pintu rumah Dea “Nak Bagus,mari..mari masuk” ucap Ibunya Dea “hmmm,tante…Dea nya ada gak?” Tanya ku dengan sopan “Dea….tunggu yah ibu panggilin dulu” ucapnya dan masuk ke dalam rumah Dengan perasaan bercampur aduk,aku menunggu Dea di teras rumahnya..dari dalam ku dengar langkah kaki mendekat kea rah pintu. “mas Bagus….” Suara merdu ea membuyarkan lamunanku. “Dea….kamuuu,ada waktu gak sebentar ke taman? “ tanyaku “emang ada apa mas??” Tanya Dea heran “Gak ada apa-apa sih…Cuma pengen ngajak kamu jalan ke taman aja” “ohhh,ayooo…” Akhirnya kami berjalan-jalan di taman dekat kompleks sebelah,rasanya seperti mimpi bisa berjalan bersama orang yang aku cintai. “Dea…mas mau ngomong sama kamu” ucapku menahan langkahnya. “mau ngomong apa mas??” “mas….mas…..kamu mau gak jadi pacar mas???” tanyaku dengan lirih. “apa mas??? Dea gak denger” ucap Dea tersenyum “kamu mau gak jadi pacar mas??” ucapku “Dea gak denger mas ngomong apa” ucap Dea dengan seringai menggoda “iiiihhh,Dea….serius nihh,kamu mau gak jadi pacar mas???” ucapku mulai sadar jika ternyata Dea sedang mengerjaiku. “aku mau mas” ucapnya dengan senyum tulus. untuk membaca karya peserta lain klik di sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H