Mohon tunggu...
Aunurrofiq Fitriadi
Aunurrofiq Fitriadi Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Komunikasi UMY | @aunurrofiqF

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menanti Anas MengIbas Cikeas

27 Februari 2013   17:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:35 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13619867811205539899

Setelah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK Anas Urbaningrum mengundurkan diri dan menyatakan perlawanan terhadap Cikeas. Anas mengatakan mundur dan ditetapkan sebagai tersangka merupakan halaman pertama, dan masih ada halaman-halaman berikutnya yang akan dibuka dan dibaca bersama oleh seluruh masayarakat Indonesia.

Anas sendiri sebelum menjadi Ketua Umum Partai Demokrat merupakan anggota KPU dan juga anggota DPR dari Partai Demokrat. Selain itu Anas menjadi ketua Fraksi Demokrat di DPR. Tentu saja Anas mengetahui persis berbagai hal mengenai skandal dan juga berbagai macam praktek korupsi di tubuh partainya. Anas tentulah yang memainkan peran di legislatif terkait perannya Partai Demokrat. Lobi-lobi politik dan juga segala macam kegiatan Anas mengetahuinya. Anas merupakan orang yang "mengamankan" Pemerintahan SBY di DPR, seperti kasus hambalang, Century, dll.

Halaman kedua Anas dimulai dengan mengatakan Amir Syamsuddin orang yang pertama kali memimta keterangan Nazarudin ketika awal kasus Hambalang dan juga terkait dengan aliran dananya yang disebut mengalir ke Ibas. Anas sendiri mengatakan Amir Syamsuddin harus menjelaskan kepada publik, atau jika tidak Anas sendiri yang akan membukannya ke publik. Ini seperti pernyataan Nazarudin dulu yang menyatakan ada aliran dana ke Ibas, namun belakangan ini justru di ralatnya.

Langkah Anas ini membuat Ibas segera membantah pernyataan Anas, dan mengatakan Anas jangan melakukan opini di publik. Nampaknya kubu Cikeas mulai resah dengan pernyataan Anas. Walaupun nampkanya Anas baru membuka sebiji. Anas nampaknya masih sangat berhati-hati  dalam membuka aib dan kasus yang ada di partai Demokrat. Anas memilih alon-alon asal kelakon (pelan-pelan asal sampai). Anas sambil menyiapkan amunisi untuk melawan sambil perlahan. Anas memang selama  ini terkenal dengan tipikal orang yang santun dan tenang. Jadi dia membuka kasus di tubuh Demokrat dengan perlahan tapi pasti, seperti dia yang selama ini di 'dzolimi' di Partai Demokrat dengan cara yang sistematis.

Dukungan moril juga terus mengalir ke Anas agar berani mengungkap kasus itu seperti dari ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD, ketua BPK Anwar Nasution dan sejumlah politisi seperti Priyo Budisantoso, Yudi Crisnandi, Hary Tanoe, Akbar Tandjung, dan juga sejumlah loyalis Anas di berbagai daerah yang terus mendukung. Momentum ini bisa dijadikan Anas sebagai langkah yang tepat untuk melakukan 'serangan balik'.

Jika Anas berani mengungkapkan kasus yang selama ini dia ketahui di tubuh Partai Demokrat, tentu saja nanti simpati masyarakat akan datang kepadanya. Media yang selama ini selalu menyudutkan Anas pun akan mendukung Anas dalam mengungkap kasus itu. Seperti Susno Duadji yang dulunya dianggap "musuh" ketika mengatakan KPK sebagai Cicak dan terkesan merendahkan KPK. Namun setelah berani mengungkap berbagai kasus seperti kasus pajak Gayus Tambunan dan juga Century, walaupun belum sampai tuntas dan akhirnya di kriminalisasikan.

Namun beranikah Anas melawan Cikeas? Akankah Anas nanti menjadi whistleblower seorang yang pengungkap kasus dan menjadi saksi kunci dalam kasus tersebut. Atau kalimat dan ancaman Anas hanya menjadi angin lalu dan cuma menjadi gertak sambal saja. Jika Anas tidak mau dan tidak mampu mengungkap kasus itu maka masyarakat akan semakin tidak percaya dan menganggap Anas sebagai pembuual saja, terlebih dengan peryataannya yang mengatakan siap di gantung di monas jika korupsi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun