Mohon tunggu...
Aunurrofiq
Aunurrofiq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hubungan Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

What doesn't kill you make you stronger

Selanjutnya

Tutup

Politik

Invasi Rusia dan Ketakutan Putin

9 Mei 2023   20:46 Diperbarui: 9 Mei 2023   20:51 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah setahun penyerangan Rusia ke Ukraina, tetapi hingga saat ini belum ada tanda-tanda penurunan eskalasi konflik meskipun sudah ada beberapa upaya dari berbagai negara untuk menetralkan situasi. Selain itu, dampak yang dihasilkan dari perang juga dirasakan oleh dunia internasional mulai dari kenaikan harga pangan global hingga krisis energi di eropa. Lantas apa maksud di balik invasi yang dilakukan Putin?

Revolusi Bolshevik

Jika kita menelisik jejak konflik Ukraina kita bisa melihat sejarahnya pada awal abad 19 tepatnya pada saat revolusi Bolshevik. Republik Rakyat Ukraina, yang dibentuk oleh Rada Pusat pada bulan November sebagai reaksi atas kudeta Bolshevik di Petrograd, berhasil melawan kudeta Bolshevik yang serupa di Kyiv. Setelah itu, pada Januari 1918, Rada Sentral mendeklarasikan kemerdekaan negara tersebut, dan memutus hubungan terakhirnya dengan Uni Soviet. Namun, setahun kemudian Bolshevik yang memegang kendali perang berhasil menyerang kyev dan merebut kembali Ukraina ke dalam pelukan Uni Soviet. Di era modern ini, Ukraina sebagai negara post-komunis yang baru mendapat kedaulatannya pada 1991 harus merasakan de javu akan pengalaman pahit yang pernah terjadi pada awal abad 19. Bahkan sebelumnya pada tahun 2014, Rusia pernah melakukan aneksasi krimea wilayah yang diklaim oleh Ukraina meskipun alibi Rusia berbeda dengan yang dilakukan pada tahun 2022.

Genderang Perang Putin

Pada Februari tahun lalu, putin menyampaikan pidatonya yang menyiratkan akan adanya operasi militer yang dilakukan Rusia atas Ukraina. dilansir dari Bloomberg, Putin mengatakan "... Saya membuat keputusan untuk melakukan operasi militer khusus." Kemudian ia melanjutkan "Tujuan dari operasi ini adalah untuk melindungi orang-orang yang selama delapan tahun ini telah menghadapi penghinaan dan genosida yang dilakukan oleh rezim Kiev. Untuk mencapai tujuan ini, kami akan berusaha untuk mendemiliterisasi dan mendenuklirisasi Ukraina ..." dari pidato itu juga Putin menceritakan sejarah bagaimana perjuangan Uni Soviet melawan serangan Nazi Jerman. Lalu ia menjustifikasi dengan munculnya Neo-Nazi yang ada di Ukraina serta pemerintah Ukraina yang pro-barat untuk melakukan operasi militer hingga saat ini. Selain itu

NATO, Demokrasi dan Ketakutan Putin

Banyak spekulasi dari para ahli terkait apa alasan sebenarnya yang membuat Putin menyerang Ukraina. Kemunculan awal NATO sebagai aliansi barat pada awalnya untuk menghadapi Uni Soviet pada masa perang dingin. Setelah runtuh, Rusia sebagai negara pecahan Soviet muncul sebagai kekuatan baru di eropa sehingga menjadi alasan NATO tetap eksis hingga saat ini yaitu demi menjaga keamanan di Eropa. Sebaliknya, eksistensi dan sejarah panjang Amerika Serikat bersama NATO dalam melawan Uni Soviet pada perang dingin juga membuat Rusia merasa terancam. Rusia menyalahkan peluasan NATO yang dimulai pada era presiden AS, Bill Clinton sebagai justifikasi atas sikap agresif yang mereka lakukan selama ini kepada negara-negara post-komunis. Hal ini juga semakin diperjelas dengan pidato Putin, dilansir dari al Jazeera Putin mengatakan "Tanggung jawabnya ada pada Barat (NATO) dan elit serta pemerintah Ukraina, yang tidak melayani kepentingan nasional, tetapi lebih melayani kepentingan negara-negara ketiga yang menggunakan Ukraina sebagai pangkalan militer untuk memerangi Rusia."

Ukraina sebagai buffer zone antara Rusia dan Eropa memang menjadi permasalahan yang membuat Putin was-was.. Rusia juga menduga bahwa NATO memiliki pangkalan militer di Ukraina walaupun barat telah menyangkal dugaan tersebut, belum lagi isu tentang gabungnya Ukraina ke dalam NATO. Banyak ahli juga memandang bahwa Ukraina kecil kemungkinan  bergabung ke dalam NATO, sebab riwayat Ukraina yang sering bermasalah dengan Rusia membuat negara anggota lain menolak keanggotaan Ukraina, karena dalam Pasal 5 dari perjanjian pertahanan kolektif NATO, jika salah satu negara anggota diserang, maka negara anggota lainnya harus menganggapnya sebagai serangan terhadap diri mereka sendiri dan membantu sekutu mereka.

Selain NATO, para ahli juga mengatakan bahwa ketakutan utama Putin adalah Demokrasi, sedangkan NATO hanya sebagai variabelnya saja. Putin tanpa henti akan berusaha merusak demokrasi dan kedaulatan di Ukraina dan Georgia jika NATO berhenti melakukan ekspansi. Jadi selama warga negara bebas menggunakan hak demokrasi mereka untuk memilih pemimpin mereka sendiri dan menentukan garis politik dalam dan luar negeri mereka sendiri, Putin akan terus berusaha melemahkan mereka. Hal ini menjadi awal dari perjuangan ideologis yang pada akhirnya akan mengarah pada invasi skala penuh ke Ukraina ketika Rusia berusaha untuk menghancurkan ancaman demokrasi yang berkembang di bekas pusat kekaisarannya. Selain itu, Tujuan denuklirisasi dan denazifikasi Putin di Ukraina adalah kode untuk melakukan perubahan rezim yang pro-rusia dan anti-demokrasi. Bukti bahwa bukan NATO penyebab utama diperkuat dengan interview Putin pada tahun 2001 yang mengatakan bahwa tidak menutup kemungkinan Rusia akan bergabung dengan NATO suatu hari nanti. Bukti itu menunjukkan bahwa jika NATO adalah badan yang mengancam Rusia, Putin tidak akan berkata demikian.

HOW TO END?

Berbagai upaya telah dilakukan oleh banyak negara untuk menurunkan tensi, tetapi hngga artikel ini ditulis peperangan masih terjadi. Hingga yang terbaru saat ini yaitu Cina yang bersedia menjadi medium perdamaian bagi kedua belah pihak. Sejak awal perang, pihak luar berharap bahwa Cina dapat menggunakan pengaruh dan pengaruhnya untuk membuat Moskow membuat kesepakatan dan mengakhiri pertempuran. Selain itu, upaya yang bisa dilakukan adalah dengan melibatkan dua negara superpower, US dan China. Situasinya terbilang mirip pada saat puncak perang dingin Ketika US dan Uni Soviet sama-sama setuju mendukung resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengakhiri Perang Enam Hari pada tahun 1967 dan menetapkan gencatan senjata selama Perang Oktober pada tahun 1973.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun