Peran ayah sebagai pemimpin dalam suatu organisasi internal bernama keluarga terkadang tidak ditanggapi dengan serius oleh pasangan muda yang baru menjalin ikatan pernikahan. Seringkali pasangan muda ini alih-alih memahami konsep membangun kehidupan rumah tangga yang baik dan memastikan semua kebutuhan dalam lingkungan keluarga baik untuk suami dan istri ataupun sang anak terpenuhi, kebanyakan dari mereka malah terkesan acuh dan tidak memperdulikan hal-hal yang menjadi dasar dalam berumah tangga salah satunya adalah memahami konsep dan peran setiap anggota dalam berumah tangga dan dalam hal ini akan menjurus terhadap peran seorang suami dan ayah dalam keluarga.
Laki-laki umumnya memiliki dua tugas utama ketika sudah menjalani kehidupan berumah tangga, yaitu sebagai suami dan sebagai ayah. Sebagai seorang suami, ia harus menempatkan diri sebagai seorang yang mampu menjadi pasangan yang ideal dan baik bagi sang istri dengan mampu bertanggung jawab atas kebutuhan fisik dan psikis sang istri. Sebenarnya akan banyak bahasan terkait ini, namun kali ini kita akan lebih mencoba memahami peran yang satunya yaitu sebagai seorang ayah.
Sebagai seorang ayah, tugas utamanya adalah menjadi sosok yang mampu memastikan anak mendapatkan rasa aman dan nyaman baik dalam lingkup keluarga ataupun dalam bermasyarakat. Ayah mesti menjadi contoh yang baik karena ia adalah sosok orang pertama yang akan dicontoh oleh seorang anak, bahkan terkadang ayah dapat menjadi pahlawan, junjungan, bahkan cinta pertama sang anak. Oleh sebab itu segala tindak tanduk dan apapun yang diajarkan oleh sang ayah dapat berpengaruh signifikan bagi masa depan sang anak.
Lalu, bagaimana jika ada posisi dimana sang ayah mangkat dari tugasnya sebagai seorang ayah yang harus memberikan contoh dan memastikan kenyamanan serta keamanan anak dalam berkehidupan? sebenarnya apakah hal ini memang benar-benar dapat mempengaruhi masa depan anak?
Ramai diperbincangkan berita terkait riset yang menunjukkan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki tingkat fatherless yang tinggi atau posisi dimana seorang kepala keluarga tidak menjalankan kewajibannya sebagai seorang ayah. Hal ini sebenarnya sangat memprihatinkan sebab banyak sekali pengaruh yang dapat terjadi akibat hasil dari prilaku seorang ayah yang meninggalkan kewajibannya ini, diantaranya adalah sang anak menjadi tidak percaya diri sebab sedari dini tidak diberikan bekal dan contoh yang baik serta bijaksana dalam menyikapi dan menyelesaikan suatu hal. Kemudian anak juga akan cenderung mencari posisi pengganti ayah dimana hal ini sangat berpotensi membuat anak salah dalam menentukan role model yang tepat sehingga terkadang anak terjerumus dalam lingkungan yang tidak kondusif dan berorientasi pada hal-hal yang negatif dan meresahkan.
Berikut sudah disampaikan beberapa dampak negatif hasil dari ketidakhadirannya posisi kepala keluarga dalam menjalankan perannya sebagai ayah. Dampak negatif ini tentunya sulit untuk dihindari terutama bagi anak yang belum memahami sepenuhnya norma terkait baik dan buruknya prilaku, sebab anak hanya mencari posisi pengganti seorang ayah yang dapat memberikan rasa kenyamanan dan keamanan bagi dirinya sehingga seringkali didapati banyak prilaku menyimpang anak yang meniru lingkungan sekitarnya tanpa tau dampak yang dihasilkan oleh prilaku tersebut hanya karena sang anak merasa aman dan nyaman ketika berada pada lingkungan yang toxic tersebut.
Begitu pentingnya peran ayah dalam menumbuhkan rasa kepercayaan diri dan keamanan serta kenyamanan bagi anak, maka dari itu mari kita sama-sama memahami dan menyiapkan sebaik mungkin peran masing-masing dari kita sebelum menjalin hubungan rumah tangga, baik sebagai seorang suami, istri, ayah, ataupun ibu agar dapat mengurangi kemungkinan buruk terjadi dalam lingkungan keluarga yang akan dijalani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H