Mohon tunggu...
Aulya Noersamawati
Aulya Noersamawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Si letoy

Hanya perempuan biasa yang suka Kpop dan anime

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Bau Busuk di Halaman Belakang

3 Maret 2022   19:38 Diperbarui: 13 Maret 2022   09:34 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Dua belas tahun yang lalu aku sekeluarga pernah tinggal di desa kecil dekat kaki gunung. Rumah yang kami sewa saat itu tergolong mini karena hanya diperlukan untuk tiga orang yaitu ayah, ibu dan diriku sendiri. Meski begitu, halaman rumahnya termasuk lebar, apalagi tidak ada pagar pembatas antara rumah kami dengan rumah tetangga. Tak jarang aku dan teman-teman masa kecilku pun sering bermain sepak bola di halaman itu.

Bola yang ditendang dengan semangat menggebu seringkali keluar arena pertandingan, kami tidak mengeluh, malah sama-sama tertawa saat mengambilnya. Tersangkut di atas genteng, di pohon mangga, masuk ke kandang sapi tetangga, terjebak di antara semak belukar, semua sudah biasa. Tapi suatu hari entah mengapa tendanganku terlalu kencang hingga membuat bola terbang begitu jauh ke belakang gawang. Melewati semak belukar di halaman belakang rumah.

Di temani seorang teman, aku dan dia pun bersama-sama segera mencari bola kembali. Pencarian itu awalnya menyenangkan karena diselingi saling lempar ejekan dan guyonan, tapi lama kelamaan kami kesal karena tak kunjung menemukan bolanya. Temanku marah, menanyakan ke mana aku menendang bola itu, tentu saja aku juga tidak tau.

Karena kami berdua tak kunjung kembali, satu orang teman lainnya datang menyusul. Kami terus mencari. Di antara semak dan ranting pohon. Di dalam lubang bekas kolam lele sampai di balik tumpukan batu bata yang tak terpakai, namun tetap saja tidak ditemukan.

Karena sudah lelah mencari, kami sepakat untuk kembali saja. Soal bola, biarlah aku membeli yang baru di warung.

Baru saja hendak melangkah pergi, tiba-tiba aku mencium sesuatu yang sangat bau. Seperti busuk. Hal itu juga dirasakan dua temanku, jadi kami bertiga mengendus udara. Memertanyakan dari mana asal bau menyengat itu.

Karena saat itu kami masih kecil, tak ada hal lain yang terlintas di pikiran kami selain ... Hantu.

Kami pun lari tunggang langgang dan menceritakan semua pada teman-teman. Pertandingan bola kecil-kecilan itu pun langsung dihentikan, semuanya kembali ke rumah masing-masing.

Aku menceritakan kejadian hilangnya bola dan bau busuk itu pada ibuku. Kata beliau, aku dan temanku mungkin saja kurang teliti mencari bolanya dan soal bau busuk, mungkin saja ada tikus mati di sana. Jawaban yang masuk akal, tapi aku tetap tidak puas.  Dalam hati aku masih yakin kalau ada 'sesuatu' di balik menghilangnya bola itu.

....

Menjelang malam, aku semakin gelisah. Ayah tak kunjung pulang dari tempat kerja dan di rumah hanya ada aku dan ibuku. Kata ibu, Ayah harusnya pulang sebentar lagi. Beliau menyuruhku untuk tenang dan segera mandi. Mana bisa aku melakukan keduanya sementara pikiranku saat itu dipenuhi bayang-bayang hantu mengerikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun