Kutatap indah raut wajahmu yang lesu,
kulihat rapih senyumanmu yang terpancar manis,
teringat dikala kecil dulu tak sedikitpun kau membiarkanku bersedih
Ibu...Dengan sabar kau menjaga dan menenangkanku dikala kuterbangun mengganggu tidur lelapmu,
tak ada sedikitpun kau mengeluh walau terkadang tiada waktu tersisa untukmu sejenak melepaskan penatmu
Kau yang dengan senang hati mencucikan baju kotorku,
tidak peduli seberapa banyak goresan luka dijari jemari tanganmu
Ibu...Kau selalu setia memegang tangan mungilku dikala kuterjatuh dan membangkitkanku kembali,
mengajarkanku berjalan menapaki bumi
Tak terbayang betapa lelahnya ragamu,
namun selalu kau menutupinya dengan senyuman yang terpancar diraut wajahmu
Engkau yang selalu menyebut namaku dalam doa,
tak cukup aku membalas semua jasamu walau dengan seisi dunia, walau aku menukarkan jiwa ragaku sekalipun
Ibu...Bayi mungil yang dulu kau timang timang kini mulai beranjak dewasa,
tak jarang aku membuatmu menangis dan bersedih seakan aku lupa pengorbananmu dalam merawat dan membesarkanku
Engkau mengandungku selama sembilan bulan,
belum dapat ku membahagiakanmu, namun kuberusaha dan berdoa agar bisa membawamu ke surga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H