Mohon tunggu...
Aulya rahmawati
Aulya rahmawati Mohon Tunggu... Lainnya - apapun tetap berjalan

apapun tetap berjalan dengan semestinya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Terdegradasinya Agama di Era Globalisasi

22 Juni 2022   09:10 Diperbarui: 22 Juni 2022   09:27 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mungkin sudah tidak asing lagi dengan kata globalisasi yang berasal dari kata "global" yang meliputi seluruh dunia atau secara keseluruhan. Proses globalisasi sendiri di dukung dengan kemajuan teknologi informasi, komunikasi, dan transportasi. Dengan kemajuan tersebut hubungan antar manusia akan jauh lebih mudah.

Adapun  dampak  dengan  adanya globalisasi antara lain masyarakat akan jauh lebih maju, semangat kerja meningkat sebab saingan tak hanya dari satu Negara saja tapi beberapa negar lain juga, untuk itu kita akan semakin giat untuk belajar.Ruang social juga semakin terbuka lebar karena dengan adanya fasilitas-fasilitas yang hadir di era ini yang semkin lama semakin berkembang akan dapat membuka luas pergaulan di seluruh pejuru dunia, diantaranya bias dengan email, chatting, telepon dll.

Dan di era ini juga agama masih memiliki peranan besar di dalam peradaban manusia, di era modern lalu agama di singkirkan dari peradaban manusia karena agama di anggap memperbodoh dan mempermiskin. Ada beberpa perhatian yang patut di perhatikan, yang pertama agama sejak awal sudah mewarnai peradaban manusia dengan keberagaman, tidak ada penafsiran tunggal yang di anggap benar sambil menghancurkan penafsiran lainnya dengan kekerasan.

Perubahan-perubahan yang dihadapi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berlangsung sangat cepat. Pengaruh ini adalah dampak dari adanya arus Globalisasi. Globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara. Melalui teknologi modern memungkinkan terciptanya komunikasi bebas lintas benua, lintas negara, menerobos berbagai pelosok perkampungan di pedesaan dan menyelusup di gang-gang sempit di perkotaan, melalui media audio (radio) dan audio visual (televisi, internet, dan lain-lain). Fenomena modern yang terjadi di awal milenium ketiga ini popular dengan sebutan globalisasi.

Sebagai akibatnya, media televisi dapat dijadikan alat yang sangat ampuh di tangan sekelompok orang atau golongan untuk menanamkan atau merusak nilai-nilai moral anak bangsa. Persoalan sebenarnya terletak pada komunikasi global dalam memberikan criteria nilai-nilai moral yang baik dan buruk, antara kebenaran sejati dan yang artifisial. Di sisi lain era kontemporer identik dengan era sains dan teknologi, yang pengembangannya tidak terlepas dari studi kritis dan riset yang tidak kenal henti.

Remaja sebagai generasi penerus bangsa merupakan generasi yang paling penting harus diperhatikan dan dibina dengan baik, karena merekalah yang akan meneruskan cita-cita dan perjuangan bangsa ini menjadi lebih baik dan berwibawa kedepannya. Hal yang harus dibangun bangsa ini adalah kehidupan moral dan etika generasi bangsa supaya dihargai oleh bangsa lainya dan menjadi bangsa yang berwibawa, serta tidak luntur dari nilai-nilai agama dan etika.

Para pakar psikologi rata-rata memandang masa remaja sebagai masa yang penting yang sangat mempengaruhi perjalanan hidup seseorang. Hoffman memandang masa remaja sebagai masa pembentukan sikap-sikap terhadap segala sesuatu yang dialami individu; Conger dan Erikson menyebut masa remaja sebagai masa yang amat kritis yang mungkin dapat menjadi the best of time and the worst of time. Kalau seorang remaja mampu mengatasi berbagai tuntutan secara integratif maka ia akan menemukan identitasnya yang akan dibawa menjelang masa dewasanya, namun sebaliknya jika ia gagal, maka ia akan berada pada krisis identitas (identity crisis) yang berkepanjangan. Masa remaja mayoritas menghadapi ketidakstabilan emosi dalam usahanya menyesuaikan diri dengan pola prilaku baru dan harapan sosial yang baru.

Penanaman nilai-nilai akhlak, moral, dan budi pekerti seperti tertuang dalam Undangundang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional harus menjadi dasar pijakan utama dalam mendesain, melaksanakan, dan mengevaluasi sistem pendidikan nasional. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Hubungan antara akhlak dengan moral tidak dapat dipisahkan, dimana moral berarti keadaan batin yang menentukan perilaku manusia dalam menentukan sikap, tingkah laku, dan perbuatannya. Dalam agama Islam, moral dikenal dengan sebutan al- akhlaq al karimah, yaitu kesopanan yang tinggi yang merupakan pengejawantahan (manifestasi) dari keyakinan terhadap baik dan buruk, pantas dan tidak pantas yang tergambar dalam perbuatan lahir manusia.

Nilai agama dan akhlak (moral) sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa. Dalam dunia pendidikan, pembinaan akhlak merupakan salah satu fungsi untuk memperbaiki kehidupan bangsa, selain itu perlu juga adanya pengembangan ilmu. Bangsa Indonesia meyakini bahwa kedua fungsi itu terjalin dengan eratnya. Kolaborasi antara ilmu dan akhlak menjadi mutlak dalam rangka menciptakan generasi Beragama, bermoral, beradab dan bermartabat. Ilmu dikembangkan dengan dasar akhlak yang kuat agar membawa kemanfaatan dan kebaikan.

Terkait dengan pengembangan moralitasnya, harus dimulai sejak anak usia dini, agar terbentuk karakter (formation of character), terbentuknya kepribadian (shaping of personality), dan perkembangan sosial (social development). Pembentukan karakter pada diri seorang anak didapatkan pada lingkungan sekitarnya yaitu lingkungan keluarga, masyarakat dan lingkungan sekolah. Lingkunga keluarga merupakan lingkungan terdekat yang dapat memberikan pengaruh pada karakter seorang anak. Selain keluarga, lingkungan terdekat seperti tetangga atau teman sebaya juga akan memberikan pengaruh yang cukup signifikan dalam pengembangan moral seorang anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun