Jaman modern ini memang orang dituntut untuk memiliki latar belakang yang baik dari  keluarga hingga pendidikan yang bagus. Tak ayal banyak orang -- orang yang berprinsip mencari 'jalan belakang' agar anak -- anaknya masuk ke sekolah yang notabene berkualitas bagus.
Dulu memang saya tidak terlalu berpengaruh terhadap prinsip seperti itu ' nu penting yakin ! " (yang penting yakin). Saya memang berasal dari keluarga yang tidak neko -- neko dan berprinsip bahwa semua sekolah sama saja tidak ada yang bagus dan tidak ada yang jelek. Tapi ya namanya juga manusia, saya juga mempunyai keinginan untuk masuk salah satu SMA favorit.
Saya cukup berambisi bahwa dengan nilai UN saya yang cukup besar, saya bisa masuk ke SMA tersebut. Dahulu saya mendaftar melalui PPDB online, melalui PPDB ini kita bebas memilih 3 SMA negeri dengan pilihan no 1 sebagai prioritas dst. Saya pun cukup terkejut bahwa banyak sekali siswa yang ingin juga masuk ke sekolah tersebut tapi tidak menggetarkan jiwa saya.Â
Percaya diri sesudah berusaha keras,sah aja kan ? Ketika penseleksian pun PD saya serasa dicabik, karena gagal di pilihan no 1 dan no 2. Rasa sedih, gundah, galau yang dialami saya waktu itu. Tapi ditengah rasa sedih yang di rasakan banyak teman -- teman SMP saya yang lolos, padahal dulunya teman saya tersebut mohon maaf bisa dikatakan nakal, urakan dan malas dalam belajar. Banyak berita simpang siur yang mengatakan .
"mau masuk ke SMA X engga ? cuman 15 juta aja loh'
Oh My God ! demi mengenyam pendidikan yang harusnya dirasakan oleh semua siswa di Indonesia kita perlu bayar sebanyak itu ? Bagaimana Indonesia mau mau maju jika semua siwa dituntut bayar hanya untuk masuk saja ?  Mungkin 15 juta atau lebih bagi pejabat atau orang yang berpengaruh akan membayar dengan enteng. Contohnya saya dulu mempunyai teman SMP yang bapaknya Bupati langsung masuk ke SMA favorit padahal dikenal sebagai orang  pemalas, sering dimarahi guru karena jarang mengerjakan PR dan hal buruk lainnya. mengapa sistem penseleksian masuk SMA kok gini banget ? Hal ini bukan hanya berdampak pada diri sendiri tapi teman -- teman saya yang mempunyai banyak kemampuan bagus juga tidak diterima di sekolah tersebut.  sayang sekali bukan ? menyia -- nyiakan kemampuan siswa hanya untuk kenikmatan yang sesaat.
Semenjak saat itu saya mulai sinis terhadap orang yang selalu memamerkan sekolah Negeri, buat apa ? toh ketika di dunia kerja kamu juga yang bakal rasain kerasnya real life. Saya memang tidak menyalahkan bahwa sekolah favorit dipenuhi dengan 'eh titip anak saya dong ' , 'wah murah banget nih saya kasih DP asal masukin anak saya ' , 'masuk sekolah sana pasti cepet cari kerja', 'titip anak saya ya, kamu tau kan saya pejabat disini' . tapi saya yakin pasti selalu ada kan ?
Saya hanya butuh transparansi, kenapa saya tidak bisa masuk ? apa alasannya ? jika saya terlalu bodoh untuk masuk, kenapa orang lain yang lebih bodoh daripada saya bisa masuk ? Thinking Smart Peoples ! Saran saya pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk membasmi 'korupsi kecil' ini. Pahami baik -- baik bahwa semua sekolah baik maupun negeri atau swasta. Catat  bahwa semua masa depan bergantung pada diri siswa, bukan sekolah. Its about your self, not your school right ?
Maaf jika ada yang merasa tersinggung dengan tulisanku ini, saya hanya korban  :)Â
thankyou !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H