Aku terdiam ba' lukisan di dinding pualam
Menatap wajah bumi yang penuh sulam
Menatap lurus kearah masa depan yang tandus
Menatap ragu pada raga yang menjanjikan tulus
Di sini, di atas tanah yang kau sebut rumah
Di atas tanah yang kau gadaikan kesuburannya
Di atas tanah yang kau pupuk dengan beton dan semen setinggi-tingginya
Aku berduka sebagai pohon yang telah kau tebang sebelum menua
Kau, aku, dan seluruh komponen alam,
Kita merupakan rantai alam yang saling mengisi
Perilakumu dapat berpengaruh pada kehidupanku
Dan keberadaanku, dapat menjadi penentu kelangsungan hidupmu
Rawatlah aku dengan segenap-genapnya tulus
Siramilah aku dengan kasih sayang dan komitmenmu kepada bumi
Lestarikanlah aku dengan segenap-genapnya hati
Jadikan aku sebagai lingkungan hidup yang bersih dan nyaman bagimu
Menjagaku berarti menjaga keluargamu
Melestarikanku berarti melestarikan lingkungan hidup bagi anak cucumu
Menggadaikan kehidupanku berarti menggadaikan masa depan bumimu
Karena manusia tanpa pohon, bagai paru-paru tanpa oksigen
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H