Kakek tua itu sedang duduk termangu, sesekali dilihatnya sekeliling stasiun ini yang dipenuhi kaca. Nampak baru.
Menunggu yang datang? Ah tentu saja. Semua stasiun kan tempat untuk seseorang pergi atau pulang, pikirku.
Tak sabar menunggu si ular besi, Aku menghampiri dan duduk di dekatnya. Dengannya, kami dipisahkan oleh tanda silang, sebuah era baru.
Tidak ada.
Tidak ada obrolan antara kami.
"Ah, kira-kira seperti apa rasanya stasiun ini pada saat kakek masih muda sepertiku?" Khayalku.
Semua yang baru, pada masa setelahnya akan terganti baru.
Seperti stasiun ini, menjadi saksi bisu.
Ukiran dan Ruang, memori Hindia-Belanda masa lalu, dibiarkan menyatu dengan susunan kaca yang baru.
Biarlah kakek ini duduk mengingat. Siapa tahu di gedung Hindia-Belanda itu, ia pernah memeluk kekasihnya dan berucap sampai jumpa.
Wajah baru stasiun ini, keturunan baru berkerumun, semakin banyak yang menunggu.
Tibalah keretanya, kakek itu masih menunggu.