Mohon tunggu...
M Aulia Rahman
M Aulia Rahman Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

City life enthusiasts

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sekelumit Kisahku Menggapai Pekerjaan Pertama

4 Desember 2017   18:17 Diperbarui: 8 Desember 2017   05:10 1780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Senja Jakarta di Awal Tahun. Sepulang Ku dari Job Fair Bersama Kolega. (Dokumentasi Pribadi)

Jika pekerjaan pertama bukan dari minat dan ilmu yang telah kita dapatkan dari kuliah. Kita akan terjebak dengan pekerjaan yang sebenarnya bukan di "lahan" yang kita garap, apalagi jika kita tidak berminat. Apa yang kita perjuangkan semasa kuliah akan menjadi sia-sia. Tetapi saat ingin mengakhirinya, mengejar apa yang kita inginkan kembali, ilmunya sudah terlanjur pudar.

Saya merasa bersyukur bahwa kini saya bekerja sesuai dengan minat, Meski kerjaan apa pun pasti ada tidak enaknya. Tetap ada semangat di setiap saya bangun tidur. Alih-alih mengenalnya sebagai beban, justru peluang untuk memperluas wawasan.

Lalu seperti apa pekerjaan saya?

Saya adalah seorang karyawan di salah satu media online yang berbasis di Jakarta.

Namun, saya lebih tertarik untuk menjelaskan deskripsi pekerjaan ini dengan sebuah analogi. Sekadar untuk memperpanjang cerita saja, terkadang kita perlu menjelaskan sesuatu dengan perandaian. 

Jadi Mulai sekarang, alihkan imajinasi kalian dari stigma tentang pekerja media yang sibuk. Bayangkan saja kalau saya berada di sebuah Museum.

Sebelum mulai bekerja "di sini", sebenarnya saya adalah seorang yang suka menjelajah museum. Berkelana dari museum satu ke museum lainnya, mendapatkan pengetahuan baru dari setiap koleksi yang saya lihat.

Nah museum yang menjadi tempat saya bekerja kini merupakan salah satu museum yang saya kagumi dan sudah mengenalnya dari lama. Terbuka untuk semua "seniman" yang ingin memajang koleksinya. Dari sudut pandang pengunjung, museum ini terbilang dengan koleksinya yang lengkap, nyaman untuk dikunjungi, dan yang pasti informatif.

Kadang saya sempat berpikir, bagaimana cara sang pemilik mengelola museum ini dengan menarik, rapih, terawat, hingga mampu memberikan kesan yang baik kepada pengunjung?. Namun, saya tidak sempat bertanya kepada pengelola, hanya sebuah lamunan dalam kekaguman.

Kekaguman itu yang membuat saya terdorong untuk melamar bekerja di "museum" itu, hanya saja saat itu belum membuka lowongan. Di sela-sela aplikasi lamaran yang saya ajukan ke perusahaan yang tak terhitung jumlahnya, saya menyempatkan untuk melihat peluang agar dapat bekerja di situ. Rasanya masih penasaran dengan bagaimana pihak mereka mengelola koleksi museumnya.

Akhirnya, pertanyaan yang terpendam tersebut bisa saya jawab sendiri. Puji syukur, Kini saya dipercaya menjadi salah satu bagian dari staf museum tersebut. Walau sekadar freelance, setidaknya saya bisa merasakan teka-teki yang ada dalam benak saya dulu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun