Mohon tunggu...
Auliyaul Insani
Auliyaul Insani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Suka menuliskan hal-hal baru dalam kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Buah Kesabaran dari Secercah Harapan

12 Juni 2024   22:48 Diperbarui: 12 Juni 2024   23:01 1388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Abdullah, Alumni Mahasiswa Universitas Islam Madinah (Foto: Dokumen Abdullah)

Ternate - Abdullah seorang alumni mahasiswa Universitas Islam Madinah (UIM) yang telah kembali ke kampung halamannya sehingga banyak menginspirasi masyarakat karena kegigihannya dalam menuntut ilmu. Kini Abdullah menjadi pimpinan di salah satu pondok terbesar di Ternate dan membawa banyak perubahan positif terhadap pondok tersebut maupun masyarakat sekitar. Abdullah yang dahulu hanya seorang anak dari desa terpencil dengan latar belakang keluarga yang kurang mampu secara finansial, telah menunjukkan bahwa tekad dan dedikasi bisa mengalahkan segala rintangan. Perjalanannya dari seorang santri kecil di desa hingga menjadi seorang penghafal Al-Quran yang sukses di Madinah adalah kisah yang menginspirasi banyak orang.

"Saya selalu yakin bahwa di balik setiap kesulitan, pasti ada jalan keluar yang indah. Ridho dan yakin bahwa semua yang ditakdirkan adalah yang terbaik adalah kunci dari sebuah keberhasilan. Optimis dan yakin bahwa banyak orang hebat yang juga terlahir dari keluarga sederhana, dan percaya bahwa suatu saat akan ada matahari terbit yang indah yang senantiasa akan menyinari kita semua," kata Abdullah dengan penuh keyakinan.

Abdullah kemudian bercerita, sejak usia dini, potensi Abdullah sudah terlihat. Ketika masih duduk di bangku SD dan bersekolah di pondok pesantren, ia berhasil menghafal satu juz Al-Quran di kelas 4. Kemampuannya yang luar biasa ini menarik perhatian seorang ustadz yang kemudian membawanya ke Jawa Tengah untuk mendapatkan pendidikan agama yang lebih baik. Meskipun berat hati, orang tua Abdullah melepaskannya demi masa depan yang lebih cerah. "Kami tahu ini adalah kesempatan besar untuk Abdullah, meski rasanya berat untuk berpisah," kata ayahnya.

Di Jawa Tengah, Abdullah hidup jauh dari orang tua yang tidak mampu mengirim uang untuk biaya hidupnya. Awalnya, ustadz yang membawanya memberikan uang saku selama enam bulan pertama, tetapi setelah itu, Abdullah harus berjuang sendiri. "Tidak banyak yang tahu, saya sering dianggap yatim piatu karena tidak pernah mendapatkan kiriman dari orang tua," ungkap Abdullah.

Di masa itu, komunikasi dengan keluarga sangat terbatas. Telepon hanya bisa dilakukan melalui wartel dan surat menjadi satu-satunya cara untuk mengirim kabar. Dalam salah satu suratnya, Abdullah pernah meminta untuk pulang, namun orang tuanya menguatkannya untuk tetap bertahan. "Kamu yang memilih jalan ini, jadi kamu harus kuat," tulis ibunya dalam surat balasan.

Tahun 2008 menjadi tahun yang penuh pencapaian bagi Abdullah. Di kelas 3 MTs semester 1, ia berhasil menghafal 30 juz Al-Quran dan langsung diminta mengajar tahfidz oleh para ustadz. “Rasanya seperti mimpi, dari murid menjadi pengajar di usia yang masih sangat muda,” kenangnya. Abdullah tidak sendiri, ia ditemani oleh satu teman yang juga telah menyelesaikan hafalannya dan diminta mengajar. Selama MTs, Abdullah juga menunjukkan prestasi luar biasa dengan selalu meraih juara di berbagai lomba hafalan Al-Quran dan selalu berada di peringkat 1 atau 2 di kelasnya. "Setiap pencapaian adalah hasil dari doa dan usaha keras," ujarnya.

Namun, perjalanan Abdullah tidak selalu mulus, ada momen-momen mengharukan yang menandai perjuangannya. Salah satunya adalah ketika ia tidak punya uang untuk membeli sikat gigi dan terpaksa mengambil sikat gigi bekas dari tempat sampah, mencucinya, dan menggunakannya. Perasaan sedih dan kesepian sering menghantui Abdullah, namun ia selalu mengalahkan rasa itu dengan keyakinan dan doa. "Saya selalu merasa seperti anak terbuang, tapi saya yakin bahwa di balik kesulitan ini, akan ada keindahan yang datang," kata Abdullah.

Setelah menyelesaikan hafalan Al-Quran, Abdullah memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke Madinah. Dengan tekad yang kuat, ia mendaftar dan menjadi salah satu dari sedikit orang yang diterima. Abdullah masuk ke Universitas Islam Madinah dengan biaya pinjaman yang ia lunasi sendiri saat sudah kuliah, tanpa bantuan orang tua.

Hingga akhirnya, saat Abdullah telah menyelesaikan kuliahnya di Madinah, ia kembali ke kampung halamannya dengan tekad yang kuat untuk membawa perubahan dan menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Berkat semangatnya yang tinggi, saat ini Abdullah dan rekan-rekannya berhasil membawa nama pondok yang dipimpinnya ke tingkat nasional hingga banyak dikenali oleh orang-orang dari Sabang sampai Merauke. 

Perjalanan Abdullah dari desa kecil di Ternate hingga menjadi seorang penghafal Al-Quran yang sukses di Madinah adalah kisah tentang keberanian, ketekunan, dan iman yang kuat. Kisah ini mengingatkan kita bahwa dengan doa, usaha keras, dan keyakinan, mimpi sebesar apapun bisa tercapai. Abdullah menginspirasi banyak orang untuk tidak menyerah pada keadaan dan selalu percaya bahwa di balik setiap kesulitan, ada keindahan yang menanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun