Mohon tunggu...
Auliya Rahma Zain
Auliya Rahma Zain Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Brawijaya.

Saya adalah seorang mahasiswi program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dengan passion besar untuk dapat berkarir di bidang pendidikan dan kepenulisan. Saya aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Program Studi di mana saya menjabat sebagai Ketua Departemen Media Komunikasi Visual. Saya juga aktif dalam beberapa kepanitiaan internal dan eksternal kampus. Saya memiliki ketertarikan dalam bidang menulis dan mendesain. tulisan-tulisan tersebut saya tuangkan dalam beberapa artikel yang saya unggah dibeberapa situs.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Tinggalkan Circle Toxic, Temukan Teman Sejati!

15 Agustus 2024   14:17 Diperbarui: 15 Agustus 2024   14:28 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendirian. Dalam kehidupan sosial, manusia pasti berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia lain yang pada akhirnya mereka bisa saling berteman. Ada pepatah mengatakan bahwa banyak teman banyak rezeki. Melalui pertemanan kita bisa secara mudah mendapatkan pekerjaan, koneksi, pengalaman dan lain sebagainya. Lingkungan pertemanan yang sehat akan memberikan dampak yang positif dan meciptakan rasa kebahagiaan. Namun, bagaimana jika lingkungan pertemanan kalian membuat kalian merasa tidak nyaman dan berdampak negatif alias toxic?

Circle atau pertemanan toxic adalah suatu istilah yang menggambarkan kelompok pertemanan yang memberikan dampak negatif pada anggotanya. Dalam circle toxic, dinamika hubungan biasanya diwarnai oleh perilaku yang merugikan, seperti manipulasi, persaingan yang tidak sehat dan kritik yang berlebihan. Lingkungan pertemanan yang toxic akan menyebabkan anggotanya merasa tertekan, tidak dihargai dan tidak aman secara emosional. Lingkup pertemanan yang seperti ini dapat memberikan dampak yang buruk, yakni dapat mengurangi rasa percaya diri, gangguan kesehatan mental dan terhambatnya perkembangan diri secara pribadi seseorang.

Tidak perlu berekspektasi terlalu tinggi terhadap sebuah hubungan pertemanan karena kenyataannya, semakin banyak teman yang kita miliki, semakin kita menyadari bahwa tidak semua hubungan pertemanan akan tetap bertahan. Terkadang, seseorang yang dulunya dekat dengan kita bisa dengan mudah pergi dan hal ini juga memicu overthinking dan perasaan yang tidak nyaman. Lebih baik fokus terhadap kualitas dibandingkan dengan kuantitas dalam pertemanan, karena memiliki sedikit teman yang benar-benar tulus mendukung dan memahami kita jauh lebih berharga daripada memiliki banyak teman yang manipulatif.

raisingteenstoday.com
raisingteenstoday.com

Pertemanan toxic dapat menguras energi kita, baik secara emosional maupun secara mental. Dalam hubungan pertemanan yang seperti ini, kita akan merasa terbebani oleh drama, konflik atau perilaku negatif dari orang-orang tersebut. Dalam lingkup pertemanan tersebut akan membuat kita merasa lelah, stress dan terkuras secara psikologis. Energi yang seharusnya kita gunakan untuk hal yang positif malah terkuras habis untuk menghadapi permasalahan yang tidak perlu. Oleh karena itu, penting sekali untuk kita menjaga jarak dari pertemanan yang tidak sehat dan memilih hubungan pertemanan yang memberikan energi positif, dukungan dan kebahagiaan.

Langkah penting untuk meningkatkan kualitas hidup, yakni mencari teman yang berdampak positif bagi kehidupan kita. Teman yang sehat dan mendukung akan memberikan dorongan motivasi, kebahagiaan dan membantu kita dalam pertumbuhan diri secara pribadi. Teman yang sehat akan selalu memberikan dukungan ketika kita sedang menghadapi tantangan, merayakan pencapaian dan selalu menjaga kesehatan mental kita agar tetap stabil.

Meninggalkan pertemanan yang toxic merupakan keputusan yang perlu diambil untuk melindungi diri kita sendiri. Circle toxic akan selalu menguras energi kita, membuat perasaan kita tidak nyaman, stres dan menyebabkan gangguan kesehatan mental. Menjauh dari hubungan seperti itu akan memberikan ruang bagi diri kita sendiri untuk dapat berkembang dan menemukan hubungan yang lebih positif .

Dengan fokus pada kualitas dibandingkan dengan kuantitas dalam pertemanan, kita dapat membangun jaringan sosial yang lebih mendukung, menginspirasi  dan memajukan kehidupan kita ke arah yang lebih baik lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun