Oleh:
1. Auliya Juwita
2. Â Imam Rosidin
Pendahuluan
Filsafat pendidikan memegang peranan penting dalam membentuk paradigma praktik pendidikan, termasuk dalam peran kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran. Sebagai pengawas sekolah, observasi kepala sekolah di komunitas belajar menjadi salah satu strategi untuk memastikan keberlanjutan pembelajaran profesional yang berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan. Artikel ini mengkaji implikasi filsafat pendidikan, khususnya teori John Dewey dan Paulo Freire, dalam konteks observasi kepala sekolah di Komunitas Belajar Ketapang Kencana. Komunitas ini merupakan inisiatif yang terbentuk melalui program Guru Penggerak, bertujuan untuk membangun percakapan bermakna antar guru di SMPN 1 Kemuning. Percakapan dalam komunitas Ketapang Kencana ini diharapkan mampu meningkatkan kompetensi guru, memecahkan masalah pendidikan, dan menciptakan budaya kolaborasi berbasis pembelajaran sepanjang hayat.
Profil SMPN 1 Kemuning
SMP Negeri 1 Kemuning adalah sekolah menengah pertama negeri yang berlokasi di Jalan Lintas Timur, Kelurahan Selensen, Kecamatan Kemuning, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau, dengan kode pos 29274. Sekolah ini didirikan pada 25 Mei 1992 berdasarkan SK Pendirian Nomor 0216/B/1992 dan telah terakreditasi B. Menggunakan Kurikulum Merdeka, SMPN 1 Kemuning berkomitmen untuk memberikan pendidikan berkualitas dengan mendukung berbagai inisiatif pengembangan profesional guru, termasuk melalui Komunitas Belajar Ketapang Kencana.
Filsafat Pendidikan dan Komunitas Belajar Ketapang Kencana
Filsafat pendidikan memberikan kerangka berpikir dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang holistik dan kolaboratif. John Dewey, seorang pragmatis, menekankan bahwa pendidikan adalah proses sosial yang terjadi melalui pengalaman nyata. Beliau melihat sekolah sebagai miniatur masyarakat tempat siswa dan pendidik bekerja sama untuk menghadapi tantangan nyata. Dalam Komunitas Ketapang Kencana, prinsip pragmatisme Dewey diterapkan dengan menjadikan pengalaman nyata sebagai dasar pembelajaran. Guru dan kepala sekolah bersama-sama menghadapi tantangan nyata dalam pembelajaran melalui aktivitas berbasis pengalaman, seperti proyek kolaboratif, atau refleksi praktik mengajar. Kepala sekolah berperan sebagai pemimpin pembelajaran yang mendorong pengalaman kolektif di antara guru, siswa, dan komunitas sekolah. Prinsip ini terwujud dalam percakapan bermakna dan kolaborasi yang dirancang untuk mencari solusi atas permasalahan pendidikan secara praktis dan relevan dengan kebutuhan sekolah.
Menurut Imam Rosidin, pemikiran John Dewey tentang filsafat pendidikan memiliki peran yang signifikan dalam membentuk kerangka berpikir pendidikan modern. Imam Rosidin melihat pemikiran Dewey sebagai perspektif yang mengedepankan prinsip-prinsip pendidikan aktif, demokratis, dan berorientasi pada pengalaman. Imam Rosidin menekankan bahwa pendidikan harus berfokus pada pengalaman nyata siswa. Dalam konteks ini, siswa diajak untuk belajar melalui praktik dan eksplorasi langsung daripada hanya menerima pengetahuan secara pasif dari guru selain itu, Imam Rosidin percaya bahwa lingkungan memiliki peran penting dalam mendukung pengalaman belajar siswa. Imam Rosidin menggarisbawahi pentingnya menciptakan lingkungan yang kondusif agar siswa bisa berinteraksi dengan lingkungan tersebut untuk memahami berbagai konsep.
Di sisi lain, Paulo Freire melalui pendekatan pedagogi kritis menekankan pentingnya dialog dan kesadaran kritis dalam pendidikan. Freire percaya bahwa pendidikan harus memberdayakan individu untuk memahami realitas mereka dan mengambil tindakan untuk mengubahnya. Komunitas Ketapang Kencana mencerminkan prinsip ini dengan memfasilitasi diskusi terbuka yang dirancang untuk mengidentifikasi isu-isu pembelajaran. Dalam komunitas ini, guru dan kepala sekolah didorong untuk menyuarakan tantangan yang mereka hadapi dalam praktik pembelajaran, mengeksplorasi penyebab masalah, dan bersama-sama mencari solusi inovatif. Kepala sekolah berperan sebagai fasilitator dialog kritis, memastikan diskusi berlangsung dalam suasana yang inklusif dan produktif. Mereka membantu mengarahkan percakapan agar tetap fokus pada tujuan utama, yaitu peningkatan kualitas pembelajaran, sambil mendorong guru untuk berpikir kritis dan reflektif. Peran ini menjadikan kepala sekolah tidak hanya sebagai pemimpin, tetapi juga sebagai mitra belajar yang aktif di dalam kelompok.