Dalam beberapa dekade terakhir, telah terjadi diskusi yang signifikan mengenai peningkatan yang tak terbendung dalam pengeluaran publik untuk kegiatan wisata, dengan adanya tuntutan agar pemerintah merefleksikan sumber pendanaan yang saling melengkapi untuk mempertahankan semua kegiatan tersebut. Adedoyin dkk. (2021) juga menekankan bahwa meningkatkan pajak pariwisata tanpa disertai dengan peningkatan pengeluaran publik yang signifikan secara korelatif akan menyebabkan kontraksi dan akibatnya merugikan industri pariwisata, dengan demikian menyoroti tujuan fiskal ekstra dari pajak dan biaya.
Kelima, mengidentifikasi variabel sosio-demografis dan karakteristik perjalanan yang menumbuhkan efektivitas dalam perumusan dan implementasi kebijakan untuk mencapai tujuan terkait dengan pengelolaan berkelanjutan dan pengalaman wisatawan di destinasi (Durn-Romn, 2020). Di sisi lain, pemerintah dihadapkan pada pasar pariwisata yang semakin tersegmentasi yang dibentuk oleh kelompok-kelompok wisatawan dengan kebutuhan dan minat berbeda menjadi tantangan signifikan yang harus dihadapi oleh perumus kebijakan dan pengelola destinasi wisata. Bagi masing-masing negara, menerapkan tarif yang berbeda untuk pasar sumber yang berbeda dapat membantu memaksimalkan total pendapatan tourism tax sekaligus memastikan bahwa jumlah kedatangan wisatawan tetap terjaga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H