Mohon tunggu...
Auliya Ahda Wannura
Auliya Ahda Wannura Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Seorang Penulis freelance dan solo traveler.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Menjadi Perempuan Merdeka di Tengah Masyarakat Konservatif

18 Desember 2023   10:35 Diperbarui: 18 Desember 2023   10:47 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi Perempuan Merdeka di Tengah Masyarakat Konservatif


Sejak zaman dulu, perempuan seringkali dipojokkan dan terbatas oleh anggapan-anggapan kolot tentang kodratnya. Masyarakat yang diwarnai unsur patriarki membuat perempuan terkekang dalam peran-peran yang terkesan terbatas: memasak, melayani suami, dan melahirkan. Namun, kisah ini menceritakan bagaimana perempuan berjuang mati-matian untuk mendobrak norma-norma ini, membuktikan bahwa mereka setara dengan laki-laki dalam setiap aspek kehidupan.

Perempuan dan Stereotip Masyarakat Konservatif:

Dalam masyarakat konservatif, stereotip tentang perempuan masih sangat kuat. Mereka sering kali dianggap hanya cocok untuk peran domestik, dan anggapan bahwa mereka kurang kompeten untuk memimpin organisasi struktural masih menjadi pandangan umum. Perempuan seringkali harus menghadapi hambatan dan prasangka saat berusaha untuk meniti karir di dunia profesional, terutama di posisi kepemimpinan.

Tekanan untuk Menikah dan Keterbatasan Peran:

Salah satu tekanan besar yang dialami perempuan di masyarakat konservatif adalah desakan untuk segera menikah. Seolah menjadi perawan tua adalah dosa besar, banyak perempuan merasa terbebani untuk menemukan pasangan hidup secepat mungkin. Selain itu, pandangan bahwa perempuan hanya berperan sebagai ibu rumah tangga dan pengurus keluarga juga masih melekat kuat, mengabaikan potensi dan ambisi perempuan di luar peran domestik tradisional.

Pendidikan Tinggi dan Perjuangan Perempuan:

Anggapan bahwa pendidikan tinggi tidak berguna bagi perempuan masih menjadi halangan besar. Masyarakat konservatif seringkali meremehkan perempuan yang berusaha mengejar gelar akademis tinggi, menganggapnya tidak sesuai dengan "kodrat" perempuan. Namun, banyak perempuan berjuang keras untuk membuktikan bahwa mereka memiliki kemampuan dan keinginan yang sama untuk mendapatkan pendidikan tinggi seperti laki-laki.

Perempuan Memimpin dan Menunjukkan Skill:

Meskipun terdapat resistensi yang kuat, banyak perempuan memutuskan untuk memimpin dan menunjukkan bahwa mereka memiliki kualifikasi dan keahlian yang setara dengan laki-laki. Mereka berjuang untuk mendapatkan posisi kepemimpinan dan memberikan kontribusi signifikan dalam struktur organisasi, membuktikan bahwa perempuan juga mampu mengambil peran yang lebih besar dan kompleks dalam pembangunan masyarakat.

Hak Perempuan untuk Menentukan Pilihan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun