Tumbal Semangkaku untuk Tanah Gaza
Sirene, dentuman, desingan peluru, jeritan tersembunyi, sepatu yang berdarah, bayi yang koyak serta gedung yang merata
Asbab itu aku tidak bisa memejamkan mata saat jam istirahat
Di atas kasur, di dalam selimut
Otakku ramai pasal mereka
Mataku gencar, berita dunia pun gacor mengumumkan
Aku geram tetapi akhirnya tertidur
Lantas bingung harus apa aku disini
Paginya, hal yang sama terulang lagi
Teh manis yang kuseruput mendadak pahit
Nasi hangat serta lauk mewah dari ibu mendadak sampah
Mataku terus mengikuti berita yang saat ini tengah gencar
Saat sarapan, saat bekerja, saat istirahat
Kupikir hanya bumi yang sedang retak sebab kemarau
Ternyata hatiku juga
Saat aku makan enak, kulihat anak-anak bertelanjang kaki menggotong mayat itu mendadak sakit asam lambung
Saat aku minum thai tea, kulihat bayi yang hancur kepalanya mendadak aku depresi
Saat aku berkemul di selimut, kulihat seorang tua renta tertidur kemudian terkejut karena dentuman
Sesekali kuteruskan foto-foto sadis dari Motaz itu kepada ibu, beliau selalu berkata "Amboy, seramnya"
Aku berpikir, apa pernah mereka makan sarden seenak buatan ibu?
Apa pernah mereka minum thai tea setiap haus seperti thai tea favoritku?
Dan juga, apa pernah mereka tertidur sampai mengorok leluasa dan bangun dengan kalem?
Aku, orang Indonesia
Tak bisa terjun kesana
Terluka karena goresan pisau saja aku frustasi
Apa lagi untuk menumpahkan darah disana
Kekuatanku, hanya mampu berdoa
Janji Tuhanku yang kusembah itu nyata adanya
-Purbalingga, 3 November 2023
Oleh (Bukit Shofa Gandina)
#FreePalestine