Masa remaja adalah fase kehidupan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa di mana anak-anak mencari identitas diri. Masa ini merupakan tahap perkembangan manusia yang unik dan masa penting untuk meletakkan dasar-dasar kesehatan yang baik. Remaja mengalami pertumbuhan fisik dan emosi yang pesat. Komunikasi yang efektif antara orang tua dan remaja menjadi kunci untuk membangun hubungan yang kuat. Komunikasi terapeutik, dengan fokus pada empati, pemahaman, dan penerimaan, dapat menjadi alat untuk membangun kepercayaan.
Komunikasi terapeutik adalah bentuk komunikasi khusus yang bertujuan untuk membangun hubungan yang saling percaya, serta membantu orang tua dan remaja untuk lebih memahami satu sama lain, mengurangi konflik, dan membangun hubungan yang lebih dekat.
Komunikasi terapeutik antara orang tua dan anak memiliki tujuan utama untuk membangun lingkungan yang nyaman bagi anak untuk terbuka atas apa yang mereka rasakan dan yang mereka pikirkan tanpa takut untuk dimarahi. Kemudian baik orang tua maupun anak dapat memahami satu sama lain.
Syarat-Syarat Komunikasi Terapeutik:
- Hadir dalam percakapan: Terlibatnya aspek, mental, dan intelektual individu yang artinya kita memperhatikan dan ikut memahami apa yang mereka katakan didalam percakapan.
- Mendengarkan dengan aktif: Melibatkan perasaan dan hati, dalam artian Ketika lawan bicara mengatakan sesuatu kita dapat menagkap apa yang dia bicarakan.
- Empati: Kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan oleh remaja.
Manfaat Komunikasi Terapeutik:
- Membangun kepercayaan: Ketika remaja merasa didengarkan dan dipahami, mereka akan lebih terbuka untuk berbagi perasaan dan pikiran mereka.
- Mengurangi konflik: Komunikasi yang efektif dapat membantu mencegah dan menyelesaikan konflik.
- Memperkuat hubungan: Komunikasi terapeutik dapat memperkuat ikatan antara orang tua dan remaja.
Cara Menerapkan Komunikasi Terapeutik:
- Cari waktu yang tepat: Pilih waktu yang tenang dan bebas gangguan untuk berbicara.
- Buat suasana yang nyaman: Ciptakan lingkungan yang nyaman, di mana remaja merasa bebas untuk mengungkapkan perasaan mereka.
- Menjadi pendengar yang baik: Ketika berbicara sebaiknya kita dengarkan terlebih dahulu apa yang mereka rasakan dan jangan terburu-buru memberikan komentar.
- Memahami perasaan mereka: Pahami dan hargai perasaan remaja, meskipun orang tua  tidak setuju dengan mereka.
- Berperilaku attending:Â Memperhatikan mereka dengan ekspresi yang tenang, menganganggukkan kepala, dan memberikan gestur yang menunjukkan perhatian.
- Hindari memberikan penilaian: Jangan membandingkan remaja remaja dengan orang lain ataupun mencoba membaca pikiran apa yang ada didalam diri mereka.
- Ajukan pertanyaan terbuka: Pertanyaan terbuka dapat membuat remaja untuk berbagi lebih luas tentang pikiran dan perasaan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H