Mohon tunggu...
Aulia Zahwa Zainuddin
Aulia Zahwa Zainuddin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Mahasiswa psikologi yang menyukai kucing

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Proses Sosialisasi dan Perkembangan Sosial pada Anak

17 Juni 2022   09:07 Diperbarui: 17 Juni 2022   09:11 2218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menjadi orangtua bukanlah hal yang mudah dilakukan. Memiliki anak berarti memiliki konsekuensi dan tanggung jawab dalam merawat, menjaga, dan mendidiknya. Hal yang perlu diketahui orang tua tidak hanya mengenai perkembangan fisik dan motoriknya saja, mealinkan juga aware terhadap aspek perkembangan anak yang lain. Misalnya, perkembangan emosi, sosial, moral, serta agamanya.

----

Dalam kodratnya sebagai manusia, tentulah ia memahami dan mengerti jika ia tidak bisa hidup sendiri dan memerlukan orang lain. Oleh karenanya, perlulah seseorang untuk terus belajar agar apa yang ia perbuat seperti yang diinginkan orang lain dan mengikuti norma yang ada. Konformitas.

Untuk menjadi makhluk sosial melewati proses belajar yang disebut dengan sosialisasi.

Loree (1970) dalam Nurihsan, et al. (2011) memaparkan lebih lanjut jika sosialisasi ialah proses pada individu (khususnya pada anak) mempelajari kepekaan dirinya terhadap rangsangan sosial terutama pada tekanan kehidupan dalam kelompoknya, bergaul dan bertingkahlaku seperti orang lain; dan bertingkah laku sesuai lingkungannya.

Charlotte Buhler membagi perkembangan sosial sebagai berikut:

  1. masa kanak-kanak awal (0-3 tahun)
  2. masa krisis 1 (3-4 tahun)
  3. masa kanak-kanak akhir (4-6 tahun)
  4. masa anak sekolah (6-12 tahun)
  5. Masa krisis 2 (12-13 tahun)
  6. Masa remaja awal (13-16 tahun)
  7. Masa remaja akhir (16-18 tahun)

Sebagai bagian dari tahap perkembangan, anak mempunyai ciri atau karakteristik tertentu dalam bertingkah laku yang diperlihatkan dalam bentuk-bentuk tertentu. Dalam Syamsul Yusuf (2000) diidentifikasi menjadi,

  1. Pembangkangan, berkembanganya bentuk negatif dalam usia ini merupakan hal yang wajar. Terbentuk dari usia 18 bulan hingga puncaknya usia 3 tahun. Perilaku ini terjadi sebagai reaksi penerapan disiplin yang diberikan orang tua. Setelah usia 4 tahun, biasanya perilaku ini akan mulai menurun.
  2. Agresi, yakni perilaku penyerangan baik secara verbal maupun non-verbal. Agresi ialah bentuk kekecewaan atau reaksi frustasi karena keinginannya yang tidak terpenuhi. Orang tua yang menhukum anaknya justru meningkatkan tingkat agresivitas pada anak. Seyogyanya, orangtua memberikan pengertian dan mengedukasi untuk meredam agresivitas ini.
  3. Bertengkar, saat anak merasa anak lain menggangu dirinya, misalnya merebut mainannya
  4. Menggoda, salah satu bentuk agresif secara verbal, misalnya mengejek atau mencemooh yang bisa menyebabkan kemarahan pada anak
  5. Persaingan, terlihat sejak usia 4 tahun dan berkembang dengan baik pada usia 6 tahun.
  6. Kerjasama, yakni perilaku mau bekerja sama pada suatu kelompok. Mulai berkembang pada anak usia 2 tahun dan berkembang lebih baik lagi pada usia 6-7 tahun.
  7. Perilaku berkuasa, sikap mendominasi. Seperti, meminta oranglain untuk memenuhi keinginannya, menyuruh, dan mengancam.
  8. Egois, sikap mementingkan dirinya sendiri dalam memenuhi keinginannya. Apabila tidak dituruti anak akan marah, menangis, atau menjerit. Orang tua harus dengan bijak menyikapi hal ini dengan memberikan pengertian baik yang mudah dipahami anak.
  9. Simpatik, bentuk emosional dengan memberikan perhatian kepada orang lain. Beriringan dengan bertambanhya usia, anak mulai bisa mengembangkan sikap sosialnya dan menurunkan egonya, dalam hal ini rasa simpatinya kepada orang lain.

Perkembangan sosial anak dipengaruhi oleh lingkungannya. Dari orangtua, sanak keluarga, guru, teman sebaya, dll. Apabila anak berada dalam lingkungan yang baik, maka anak akan memiliki proses perkembangan yang matang, sedangkan bila anak berada dalam lingkungan yang kurang kondusif (misalnya orangtua kurang peduli, kasar, sering membentak, tidak memberikan teladan dan mengajarkan norma pada anaknya), maka anak akan cenderung memperlihatkan perilaku maladjustment, seperti sikap egosentris yang semakin besar, tertutup, dan kurang memedulikan norma yang ada.

Jadi, sebagai orang tua sudah seharusnya berusaha memberikan lingkungan yang baik pada anak ya, Mom..

Sumber:

Nurihsan, A & Agustin, M. (2011). Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja: Tinjauan Psikologi, Pendidikan, dan Bimbingan (Vol.1). Refika Aditama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun